Penulisankarya ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu peneliti karena suatu karya ilmiah akan dibaca dan dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dan seni. Pembahasan

PPT PENYUSUNAN HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN SARANPPT PENYUSUNAN HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN SARANPPT PENYUSUNAN HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN SARANPPT PENYUSUNAN HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN SARANRelated PapersTugas Metodologi Penelitian Dosen Pengampu Dr. Wirmie Eka Putra, CIQnR. NamaLatresia Aprilia br Sitepu NIM C1C020062 KelasR-10 AkuntansiOkta Adi Saputra C1C020014KATA SAMBUTAN PIMPINAN STIDKI AL HAMIDY BANYUANYAR Pada umumnya ilmuwan memiliki dan menganut standar sistem penulisan karya ilmiah, meskipun begitu sebagian ilmuwan tertentu juga memiliki standar yang berlaku khusus gaya selingkung. Gaya selingkung secara sengaja membentuk karakter ilmiah tertentu guna menuju efektivitas dalam mengkomunikasikan temuan-temuan baru. Buku pedoman penulisan karya ilmiah ini, ditulis untuk menegaskan kebakuan gaya selingkung masyarakat ilmiah di lingkungan Stidki Al Hamidy. Keberadaannya dilahirkan oleh Surat Keputusan Rektor nomor 91/ tentang penetapan berlakunya pedoman penulisan karya ilmiah ini di Universitas Islam Malang. Sebuah surat keputusan Rektor tentu saja harus ditaati atau dilaksanakan oleh seluruh sivitas Universitas Islam Malang yang melakukan kegiatan penulisan ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedoman berarti “kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan”. Karenanya pedoman penulisan karya ilmiah ini dimaksudkan sebagai kumpulan ketentuan dasar tentang tatacara penulisan karya ilmiah yang bersifat umum di tingkat Universitas dan dapat diimplementasikan di seluruh bidang ilmu yang dikembangkan pada semua program studi. Sudah barang tentu tidak termasuk ketentuan khusus/spesifik bagi bidang ilmu tertentu yang tidak bisa diimplementasikan secara universal. Pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku secara umum ini diharapkan segera di tindaklanjuti dengan petunjuk panduan penulisan karya ilmiah yang mengatur secara spesifik pada bidang ilmu di masing-masing program studi di tingkat fakultas. Arti kata petunjuk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “panduan untuk menapaki suatu pekerjaan atau pengarah jalan agar tidak tersesat.‟Petunjuk penulisan karya ilmiah sungguh relevan untuk menyatakan ketentuan tentang langkah-langkah kongkrit yang harus dijadikan arah agar penulisan karya ilmiah tidak keliru. Jadi ketentuan-ketentuan umum di tingkat Universitas termuat pada buku pedoman penulisan karya ilmiah ini, sedangkan arah langkah-langkah kongkrit agar penulisan karya ilmiah tidak menyimpang dari tradisi keilmuan pada bidang ilmu di masing-masing program studi di tingkat Fakultas termuat pada buku petunjuk/panduan penulisan karya ilmiah. Secara khusus disampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada penyusun buku pedoman ini yakni Subairi, sebagai Ketua Program Studi Komonikasi dan Penyiaran Islam. Puji syukur alhamdulillah dan suatu kebanggaan tersendiri buku ini telah dapat diterbitkan dengan „sempurna‟, kendati begitu kemungkinan buku pedoman ini masih banyak kekurangan/kelemahan. Karena itu pimpinan STIDKI AL HAMIDY BANYUANYAR bidang Akademik dan Kemahasiswaan mengundang para pembaca/pemerhati untuk lebih mencermati dan memberikan saran masukan untuk penyempurnaan buku pedoman ini lebih lanjut. Akhirnya mudah-mudahan buku ini Kuliah Metodelogi Penelitian Dosen Pengampu Dr. Wirmie Eka Putra, Nama Ummul Aimanah Nim C1C020076

Beberapalangkah yang dapat ditempuh dalam memfokuskan topik; 1) Fokuskan topik agar mudah dikelola; 2) Ajukan pertanyaan. 2. Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah. Kewajiban seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami oleh pembacanya
A. Pengantar Tak seorang pun dapat mengingkari peran penting guru dalam pendidikan. Guru yang berkualitas akan berdampak baik pada siswa, dan sebaliknya. Sebagai penyampai ilmu, guru perlu terus mengembangkan disiplin ilmunya masing-masing sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman, baik terkait substansi keilmuan maupun metodologi pembelajaran. Selain itu, guru dituntut meningkatkan kompetensi. Karena itu, upaya peningkatan kualitas guru tidak boleh berhenti. Menyangkut karier, berdasarkan SK Menpan No. 28/Menpan/1989 tentang kenaikan pangkat, guruwajib mengumpulkan angka kredit. Terkait kompetensi guru, Undang-Undang tahun 2005 pasal 10 ayat 1 menyebutkan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi 1. kompetensi pedagogik, 2. kompetensi kepribadian, 3. kompetensi sosial, dan 4. kompetensi satu upaya meningkatkan kompetensi guru ialah menyusun karya ilmiah berdasarkan penelitian. Disadari bahwa meskipun banyak metodologi penulisan ilmiah, pada hakikatnya masing-masing metode memiliki maksud dan tujuan yang kurang lebih sama. Karena itu, dalam pembicaraan atau bahkan semacam pelatihan metode penulisan ilmiah, yang lebih penting bukan penguasaan teknik penulisan ilmiah, melainkan pemahaman atas pemikiran yang mendasarinya. Dengan ungkapan lain, pemilihan bentuk dan cara penulisan sekadar persoalan cita rasa dan kesukaan perorangan. Selebihnya, teknik penulisan itu sendiri juga dipilih berdasarkan pertimbangan tentang tradisi keilmuan bidang tertentu, permasalahan yang dikaji, serta khalayak sasaran yang diharapkan menjadi pembaca karya ilmiah dimaksud. Bertolak dari pemikiran tersebut, maka pembahasan akan dipusatkan pada alur pemikiran penelitian ilmiah terkait dengan proses penulisan karya ilmiah. Konsekuensinya, sajian ini tidak akan menekankan kepada aspek-aspek teknik penelitian, melainkan kepada rambu-rambu pikiran yang merupakan topik pokok proses penelitian. Topik itu sendiri secara logik dan kronologik dijabarkan dari metode, proses, dan hasil penelitian atau kajian ilmiah. Jadi mudah dipahami, apabila seorang peneliti benar-benar menguasai topik-topik pokok karya ilmiah dengan baik, maka akan dengan mudah bagi dia mengembangkan aneka ragam topik pokok yang disajikan. B. Konsep Dasar Penelitian Penelitian ialah kegiatan ilmiah untuk memeroleh kebenaran ilmiah bukan kebenaran absolut. Kebenaran ilmiah bersifat tentatif sehingga dianggap benar sebelum ada yang menyalahkannya. Kata “penelitian” itu sendiri merupakan terjemahan dari kata “research” dalam bahasa Inggris re + search yang berarti “mencari kembali”. Logikanya “sesuatu yang dicari kembali” itu sudah ada. Sesuatu yang dimaksud adalah “pola”, “dalil”, “hukum” atau “rumus” dari suatu gejala alam, sosial, kemanusiaan yang selanjutnya menjadi pengetahuan baru new knowledge. Dalam bahasa Indonesia, selain diartikan “penelitian”, kata research diterjemahkan menjadi beberapa kosakata, seperti riset, penyelidikan, kajian, dan studi yang maknanya sedikit bergeser. Diyakini bahwa semua gejala alam, sosial maupun kemanusiaan itu terjadi secara terpola. Pola tersebut ada yang bersifat “given” atau sunatullah sehingga tinggal ditemukan to be discovered, tetapi ada pula yang masih “terurai” atau “berserakan”, sehingga perlu dikonstruksi to be constructed untuk menjadi pengetahuan atas dasar data yang dikumpulkan. Lazimnya, gejala alam diteliti oleh ilmu-ilmu alam, gejala sosial oleh ilmu-ilmu sosial, dan gejala kemanusiaan oleh ilmu-ilmu humaniora. Karena itu, pengetahuan tidak saja ditemukan, tetapi juga dibuat atau dikonstruksi. “Knowledge is not only discovered, but also made/constructed. Untuk dapat menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan diperlukan ilmu tentang bagaimana meneliti research methodology. C. Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan perwujudan metode keilmuan bidang ilmu tertentu yang dilakukan secara sistemik dan sistematik. Sistemik artinya ada saling keterkaitan antar-unsur dalam penelitian. Sedangkan, sistematik artinya ada urutan logika antar-langkah, mulai pemilihan tema, judul, rumusan masalah, manfaat, kajian pustaka, metode penelitian, analisis data, hingga merumuskan simpulan. Demikian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang disampaikan dengan media bahasa tulisan. Untuk itu, bagi seorang peneliti sekaligus penulis karya ilmiah, mutlak diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuannya, agar dapat melaku­kan penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya kepada publik secara tertulis. Seorang penulis karya ilmiah yang baik, sudah barang tentu tidak terlalu dirisaukan dengan masalah peletakan hipotesis, apakah berpasangan dengan rumusan masalah, apakah menjadi penutup dari tinjauan teoretik dan kajian penelitian terdahulu, atau malah diletakkan dalam bagian metode penelitian. Seorang peneliti dan atau penulis karya ilmiah sewajarnya mengetahui makna dan fungsi unsur hipotesis, misalnya, dalam keseluruhan bangunan penelitian dan struktur penulisan karya ilmiah. Bila demikian, tidak lagi menjadi soal dari mana dia akan mulai, serta kemana akan melangkah, sebab penguasaan topik dan teknik akan menjamin suatu ke­seluruhan bentuk yang utuh. Persoalan menjadi lain bila peneliti atau penulis belum memiliki penguasaan memadai terhadap logika penalaran ilmiah. Apa yang segera tampak adalah kebingungan dan bahkan penerapan secara kaku bentuk dan cara penulisan karya ilmiah mereka. Ini terjadi karena seolah-olah materi pedoman penulisan karya ilmiah menyerupai ketetapan harga mati, yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bisa diandaikan, walaupun dalam hampir semua pedoman menyertakan unsur asumsi penelitian, tetap saja tidak perlu dicantumkan manakala seluruh asumsi tersebut sudah diuji. Keberanian untuk tidak mencantumkan asumsi demikian, sudah barang tentu, dilandasi oleh penguasaan mendalam terhadap logika penalaran ilmiah. Singkat kalimat, persoalannya bukan lagi harus ada atau tidak, serta diletakkan pada bagian apa sesuatu unsur karya ilmiah, melainkan atas dasar atau bertujuan apa suatu unsur karya ilmiah harus dihadirkan. Berkenaan dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, uraian metodologi penulisan artikel jurnal ilmiah ini akan membahas struktur dan logika penulisan ilmiah yang secara kronologik berseiring dengan proses dan hasil penelitian atau kajian. Uraian ini ditujukan kepada para penulis karya ilmiah, khususnya para penulis artikel jurnal ilmiah. Hajatnya cukup jelas, agar mereka memahami secara mendalam logika dan struktur penulisan karya ilmiah. Melalui pembahasan mendasar ini, para penulis artikel jurnal ilmiah bisa secara lebih mudah menguasai aspek-apsek teknis penulisan artikel jurnal ilmiah. D. Paradigma dan Metodologi Kajian Pemahaman akan kedudukan struktur artikel ilmiah semata-mata sebagai perwujudan logika penalaran ilmiahmengantarkan kita pada kesimpulan bahwa penggunaan logika penalaran ilmiah yang berbeda akan berimplikasi pada struktur artikel ilmiah yang berbeda pula. Bertali-temali dengan pernyataan tersebut, berikut diuraikan serba ringkas tiga paradigma kajian beserta langkah-langkah operasional masing-masing. Langkah-langkah operasional ini, yang pada gilirannya, menjadi acuan dalam memilih dan mengembangkan struktur artikel ilmiah yang akan disusun. Selaras dengan tinjauan aksiologik bahwa suatu kajian bisa bertujuan 1 menghasilkan pengetahuan teruji to produce a verified knowledge, 2 memperoleh pemahaman mendalam to generate a deep-understanding, atau 3 menawarkan penafsiran tandingan to offer a counter-interpretation, maka khasanah metodologi kajian juga mengenaltiga paradigma kajian utama, yaitu 1 paradigma positivistik positivistic paradigm, 2 paradigma interpretif interpretive paradigm, dan 3 paradigma refleksif reflexive paradigm. Lazimnya, paradigma positivistik disepadankan dengan pendekatan kuantitatif quantitative approach, paradigma interpretif disepadankan dengan pendekatan kualitatif qualitative approach, sedangkan paradigma refleksif disepadankan dengan pendekatan kritik critical approach. Ada sejumlah butir pembeda antara ketiga jenis paradigma tersebut, masing-masing menyangkut perangkat cita-cita atau tujuannya, pandangan terhadap sifat dasar kenyataan, pandangan tentang sifat dasar manusia, pandagan terhadap peran akal sehat, penggambaran akan wujud teori, tolok ukur kebenaran penjelasan, bukti-bukti yang bisa digunakan, dan kedudukan nilai dalam kegiatan kajian. Dalam kegiatan kajian, paradigma positivistik terjabar ke dalam langkah-langkah 1 penentuan rumusan masalah problem statement, yang meliputi kegiatan memilih masalah yang memenuhi syarat kelayakan dan kebermaknaan, 2 penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, yang mencakup kegiatan penelaahan teori dan hasil kajian sebelumnya, 3 perumusan hipotesis, sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan, 4 pemilihan atau pengembangan rancangan kajian, 5 pengembangan piranti atau alat pengumpulan data, 6 pengumpulan atau pemerolehan data, 7 pengolahan data untuk menguji hipotesis, 8 penafsiran hasil kajian, dan 9 penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data, 10 penyatu-paduan hasil kajian ke dalam bangunan pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya. Bila kajian tidak bermaksud menghasilkan pengetahuan eksplanatori, maka langkah-langkah yang terkait dengan pengajuan dan pengujian hipotesis tidak diperlukan. Dalam kajian yang tidak menguji hipotesis, kajian teori dan telaah hasil kajian terdahulu diperlukan untuk memperjelas dan menjabarkan konsep atau variabel yang diteliti, serta memberikan gambaran “sudah sejauh mana” kajian dalam topik tersebut telah dikaji oleh para peneliti lain. Apa pun jenis bahan yang dikaji, kegiatan kajian berparadigma positivistik harus memenuhi kriteria 1 kesahihan validity, 2 keandalan reliability, 3 objektivitas objectivity, dan 4 kerampatan generality. Kesahihan membuktikan bahwa apa yang dikumpulkan oleh peneliti memang sesuai dengan apa yang sesungguhnya hendak dikumpulkan. Keandalan membuktikan bahwa bila kapan dan oleh siapa pun data dikumpulkan, akan memberikan hasil yang kurang lebih sama. Objektivitas membuktikan tidak ada pengaruh pribadi peneliti terhadap hasil penelitian. Kerampatan membuktikan bahwa simpulan kajiannya bisa diberlakukan secara umum. Dalam kegiatan kajian, paradigma interpretif dijabarkan ke dalam langkah-langkah 1 penentuan rumpun kajian focus of study, yang mencakup kegiatan memilih masalah yang memenuhi syarat kelayakan dan kebermaknaan, 2 pengembangan kepekaan teoretik dengan menelaah bahan pustaka yang relevan dan hasil kajian sebelumnya, 3 penentuan kasus atau bahan telaah, yang meliputi kegiatan memilih dari mana dan dari siapa data diperoleh, 4 pengembangan protokol pemerolehan dan pengolahan data, yang mencakup kegiatan menetapkan piranti, langkah dan teknik pemerolehan dan pengolahan data yang digunakan, 5 pelaksanaan kegiatan pemerolehan data, yang terdiri atas kegiatan mengumpulkan data lapangan atau melakukan pembacaan naskah yang dikaji, 6 pengolahan data perolehan, yang meliputi kegiatan penyandian coding, pengkategorian categorizing, pembandingan comparing, dan pembahasan discussing, 7 negosiasi hasil kajian dengan subjek kajian, dan 8 perumusan simpulan kajian, yang meliputi kegiatan penafsiran dan penyatu-paduan interpreting and integrating temuan ke dalam bangunan pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya. Karena sifat dasar bahan yang dikaji serta tujuan yang ingin dicapai, bisa saja langkah-langkah tersebut diubah menurut dinamika lapangan. Fokus kajian, misalnya, mungkin mengalami penajaman dan perumusan ulang setelah peneliti melakukan penjajakan lapangan. Tentu saja, penajaman ulang perlu dilakukan berdasarkan ketersediaan data, serta dimaksudkan untuk meningkatkan kebermaknaan kajian. Terakhir, setiap kajian berparadigma interpretif harus memenuhi kriteria 1 keterpercayaan credibility, 2 kebergantungan dependability, dan 3 kepastian confirmability, dan 4 keteralihan transferability. Keterpercayaan membuktikan bahwa data perolehan dan simpulan kajian benar-benar dapat dipercaya. Kebergantungan membuktikan bahwa temuan dan simpulan kajian benar-benar bersandar pada data mentah. Kepastian membuktikan bahwa kebenaran temuan dan simpulan kajian bisa dilacak berdasarkan data perolehan. Sedangkan keteralihan membuktikan bahwa temuan dan simpulan penelitian bisa diberlakukan pada kasus lain yang memiliki ciri-ciri sama dengan kasus yang dikaji. Dalam kegiatan kajian, paradigma refleksif terjabar ke dalam langkah-langkah 1 penentuan topik kajian, yang mencakup kegiatan memilih dan merumuskan masalah yang bernilai bagi pembangkitan kesadaran manusia, 2 penetapan pendirian filsafat dan atau ideologik, yang meliputi kegiatan penelaahan pemikiran-pemikiran yang relevan, dan perumusan secara eksplisit pokok-pokok pikiran yang digunakan sebagai landasan pengajuan kritik, 3 pemilihan kasus atau bahan telaah, dengan menentukan dari mana dan dari siapa data diperoleh, 4 pengembangan strategi pemerolehan dan pengolahan data, yang terdiri atas kegiatan menetapkan piranti data, langkah dan teknik yang digunakan, 5 pelaksanaan kegiatan pemerolehan data, yang mencakup kegiatan mengumpulkan data atau melakukan pembacaan naskah yang dikaji, 6 pengolahan data perolehan, yang meliputi kegiatan penyandian coding, pengkategorian categorizing, pembandingan contrasting, dan pembahasan discussing, 7 perumusan simpulan kajian, yang dilakukan berdasarkan perenungan reflexive thinking, dan 8 pengajuan rekomendasi baik untuk arah kajian lanjutan maupun agenda pemberdayaan empowerment agenda ke depan. Seperti jenis kajian lain, kajian berparadigma refleksif juga dituntut untuk memenuhi kriteria keterpercayaan, kebergantungan, kepastian, dan keteralihan. Selain itu, karena cita-cita utamanya adalah membangkitkan kesadaran menuju perubahan, maka penafsiran tandingan counter-interpretation yang disajikan pun harus memenuhi kriteria kelayakan sebagai penafsiran tandingan. Ini mencakup kriteria relevansi relevance, koherensi coherence, kekritisan criticalness, dan kebernalaran reasonableness. Relevansi membuktikan bahwa baik topik maupun pendirian ideologik yang dipilih memiliki keterkaitan erat dengan tantangan atau masalah kemanusiaan. Koherensi membuktikan bahwa seluruh bangunan penafsiran yang ditawarkan tidak saling bertentangan. Kekritisan membuktikan bahwa penelaahan berhasil membongkar suatu wacana hingga ke akarnya. Kebernalaran membuktikan bahwa penafsiran tandingan yang diajukan memiliki landasan penalaran yang kokoh. E. Garis Besar Penyajian Bila dicermati, sejumlah langkah kerja tersebut sebenarnya belum lengkap, sebab masih ada satu kegiatan lagi yang justru merupakan puncak dari kegiatan kajian. Puncak kegiatan yang dimaksud adalah menulis laporan kajian, termasuk di dalamnya menulis dan menerbitkan artikel jurnal ilmiah. Dengan menulis laporan, makalah atau artikel penelitian, pengkaji bermaksud menginformasikan kepada khalayak, sehingga memberikan sumbangan bagi pengayaan khasanah pengetahuan keilmuan. Sesuai dengan kaidah ketersuratan explicitness, maka setiap laporan kajian sekurang-kurangnya harus bisa menjawab pertanyaan 1 mengapa suatu masalah perlu diteliti, 2 apa masalah dan tujuan kajiannya, 3 bagaimana masalah tersebut didekati secara teoretik, 4 bagaimana kajian diselenggarakan, 5 apa saja hasil kajian dan analisisnya, 6 apa makna hasil dan temuan kajiannya, dan 7 apa simpulan dan implikasinya? Lazimnya, butir persoalan pertama dan kedua, termasuk aspek-aspek terkaitnya, disajikan dalam bagian pendahuluan introduction. Butir kedua disajikan dalam bagian tinjauan teoretik dan kajian terdahulu theoretical framework and review of related studies. Butir ketiga disajikan dalam bagian proses kajian research process atau metode kajian research method. Butir kelima disajikan dalam bagian paparan dan analisis data data description and analysis atau paparan hasil kajian description of research findings. Butir keenam disajikan dalam bagian pembahasan discussion atau penafsiran interpretation. Sedangkan butir ketujuh disajikan dalam bagian simpulan dan saran conclusion and recommendation. Walaupun ada sejumlah besar kesamaan inti laporan penelitian, tetap harus diperhatikan adanya sejumlah perbedaan, baik karena sifat dasar bahan telaah maupun karena rincian langkah kerjanya. Jadi, karena perbedaan sifat dasar, dan langkah-langkah kerja penelitian bahasa dan kajian sastra, maka bentuk pelaporannya pun cenderung berbeda. Sebagaimana telah disinggung, hasil kajian yang ditulis dalam bentuk artikel yang akan dimuat dalam jurnal ilmiah memiliki perbedaan dengan laporan penelitian. Laporan penelitian dituntut untuk memuat seluruh proses dan hasil penelitian, sehingga jauh lebih tebal bila dibandingkan dengan artikel hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk artikel ilmiah, karena keterbatasan ruangnya, dituntut untuk hanya menyajikan bagian-bagian yang penting saja. F. Muatan dan Susuan Karya Ilmiah Konvensi yang secara umum berlaku atau diberlakukan oleh jurnal ilmiah menunjukkan beberapa unsur utama dalam artikel ilmiah. Masing-masing adalah 1bagian awal yang terdiri dari judul, nama penulis, sponsor, abstrak, dan kata kunci, 2 bagian inti yang terdiri daribagian pendahuluan, metode, hasil, diskusi, kesimpulan dan implikasi, dan 3 bagian akhir yang memuat rujukan dan lampiran bilamana sangat diperlukan. Judul artikel harus cukup informatif, lengkap, tetapi tidak terlalu panjang. Biasanya dianjurkan antara 5 – 15 kata. Acapkali penambahan sub-judul dilakukan untuk mempertegas perpektif, lokasi dan atau subjek penelitian. Berikut adalah contoh judul artikel jurnal ilmiah informatif dan lengkap, tetapi tidak terlalu panjang atau terlalu pendek “Evaluating the Quality of an Elementary School inRural ThailandVillagers’ Perspective”. Gelar akademik ataupun gelar lain tidak dicantumkan dalam nama penulis, sedangkan nama lembaga tempak penulis berafiliasi, ditulis dalam bentuk catatan kaki pada halaman pertama. Beberapa jurnal ilmiah, dengan pertimbangan kesetaraan kontribusi, membolehkan pencantuman lebih dari dua nama, sedangkan jurnal ilmiah lainnya, hanya membolehkan pencatuman maksimal dua nama penulis. Bila artikel ditulis lebih dari dua orang, maka nama penulis lainnya dicantumkan sebagai catatan kaki. Seringkali suatu penelitian mendapatkan sponsor dari pemerintah atau lembaga donatur. Untuk itu, penulis harus mencantumkannya sebagai catatan kaki pada halaman pertama. Lazimnya, nama sponsor diletakkan mendahului nama lembaga asal penulis. Abstrak merupakan uraian satu paragraf, dan lazimnya berbahasa Inggris, berisi pokok-pokok pikiran penting dari kajian yang diselenggarakan, yaitu permasalahan atau tujuan penenelitian, prosedur dan subjek penelitian, dan ringkasan hasil, kesimpulan penelitian, dan implikasi teoretik. Kata kunci, biasanya diletakkan di bawah abstrak, memuat beberapa istilah yang menggambarkan kawasan atau bidang penelitian. Walaupun masih ada beberapa jurnal ilmiah yang membolehkan penggunaan sub-judul “Pendahuluan”, sebagian besar jurnal ilmiah terkemuka meminta penulis langsung menyajikannya setelah abstrak. Bagian tanpa sub-judul ini memuat latar belakang atau alasan penelitian, permasalahan dan kadang-kadang kebermaknaan penelitian. Bila penyajian telaah pustaka tidak dikehendaki menempati ruang tersendiri, maka bentuk sangat ringkas dari telaah pustaka dan kerangka berpikir disatukan dalam latar belakang penelitian. Bagian metode, yang biasanya disajikan dengan sub-judul, menguraikan seara ringkas cara dan proses penelitian. Beberapa jurnal ilmiah memberi peluang untuk menggunakan sub-bagian, sedangkan jurnal ilmiah lainnya, lebih menghendaki tanpa penelitian, subjek penelitian atau sumber dara, metode dan alat pengumpulan data, serta metode analisis data merupakan inti uraian dalam bagian dengan karakteristiknya, pada penelitian kualitatif juga menyertakan pengaruh kehadiran peneliti, lokasi penelitian, lama penelitian, dan upaya meningkatkan keabsahan data. Bagian hasil merupakan bagian utama artikel ilmiah. Karena itu, lazimnya bagian ini merupakan bagian terpanjang dalam naskah. Pada intinya, bagian ini berisi paparan data dan hasil analisis data, baik untuk keperluan uji hipotesia maupun bukan. Tabel dan bagan yang sangat membantu kejelasan uraian bisa pula disertakan, tetapi harus dalam bentuk sangat ringkas dan disertai pembahasan akan arti tabel atau bagan tersebut. Bila hasil penelitian sangat panjang, seperti dalam penelitian kualitatif, penyajian bisa dilakukan dengan memilahnya menjadi sub-bagian-sub-bagian sesuai dengan penjabaran masalah penelitian. Bila tidak cukup panjang, penyajian bagian ini bisa disajikan dengan diskusi. Sebagai bagian terpenting, bagian diskusi diuraikan untuk 1 menjawab masalah penelitian, 2 menafsirkan temuan-temuan, 3 mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam bangunan pengetahuan yang sudah ada, dan 4 menyusun teori baru atau menyempurnakan teori yang ada. Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan pendekatan logis-deduktif, atau berdasarkan teori-teori yang ada. Proses pengintegrasian temuan dilakukan dengan membandingkannya dengan teori yang sudah ada atau temuan-temuan penelitian lain. Khusus untuk penelitian interpretif, bagian ini memuat gagasan-gagasan teorisasi peneliti, yang pada dasarnya merupakan penelusuran tali-temali antar kategori atau label yang berhasil ditemukan. Bagian kesimpulan menyajikan secara ringkas jawaban terhadap permasalahan dan makna teoretiknya. Lebih dikehendaki bila kesimpulan tidak lagi menampilkan angka, contoh, dan rujukan, melainkan dalam bentuk pernyatan verbal. Berdasarkan seluruh langkah, bisa ditarik implikasi teoretik dari penelitian yang dilakukan. Implikasi teoretik ini bisa bersifat meneguhkan teori yang sudah ada, menolak teori yang sudah ada, merevisi teori yang sudah ada, atau menghaluskan teori yang sudah ada. Dari implikasi teoretik ini pula penulis bisa mengajukan saran penelitian lanjutan serta saran pemanfaatan hasil penelitian. Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan dirujuk dalam batang tubuh artikel ilmiah. Bahan pustaka yang ada dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang tubuh artikel. Sebaliknya, semua kutipan langsung maupun tak langsung dalam batang tubuh harus disajikan dalam daftar rujukan. G. Bahasa dalam Penulisan Ilmiah Tidak kalah pentingya dari uraian di atas ialah bahasa. Dalam penulisan ilmiah, bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa ilmiah atau bahasa baku. Jika menggunakan bahasa Indonesia, pakailah bahasa Indonesia ragam baku, baik dalam penulisan ejaan kata maupun penyusunan kalimat. Begitu juga jika menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahsaa Arab, atau bahasa asing lainnya, pilihlah kosakata dan aturan baku dalam bahasa tersebut. Penggunaan ragam baku menuntut kalimat yang baku dan efektif, serta organisasi ide yang runtut dan logis. Karena penelitian adalah kegiatan untuk memeroleh jawaban ilmiah atas persoalan yang diangkat, bukan jawaban absolut, penggunaan kata atau kalimat yang bersifat absolut perlu dihindari. Sebab, kesalahan bahasa bisa merusak ide tulisan. OLeh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut Hindari kesalahan penulisan kata depan atau kata sambung “di”, “ke, dan “ter” dalam kalimat. Misalnya, “dirumah”, seharusnya “di rumah”, “kepasar”, seharusnya “ke pasar”, “ter jatuh”, seharusnya “terjatuh”, dan mengawali kalimat dengan kata “sehingga”, dan “dan”, seperti “Sehingga dia tidak lukus ujian” dan “Dan dia tidak mengerti apa persoalannya”. Hindari penggunaan pernyataan yang bersifat absolut sebagai berikut“Penelitian saya ini paling baru, dan belum ada orang lain yang melakukannya”, dapat diubah menjadi“Penelitian saya ini dapat menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya”.“PTK adalah satu-satunya cara untuk mengatasi persoalan guru dalam mengajar di kelas”, dapat diubah menjadi “PTK merupakan salah satu cara untuk mengatasi persoalan guru dalam mengajar di kelas”.“Pandemi Covid-19 pasti menyebabkan kualitas pendidikan menurun”, dapat diubah menjadi “Pandemi Covid-19 bisa menjadi salah satu sebab menurunnya kualitas pendidikan”.“Makanya saya sampaikan kepada Bapak Jokowi presiden. Mas Jokowi, Bapak Presiden, Bapak itu pasti masuk surge. Tidak usah lagi Bapak itu beramal ibadah”, kata Isran Noor, dikutip dari Kompas, Kamis, 8/4/2021. Hindari sikap “solipsisme”. Solipsisme ialah sikap meyakini hanya karyanya yang paling benar, dan yang lain salah. Misalnya “Karya saya adalah satu-satunya yang terbaik dalam bidang ini”. Dalam dunia ilmiah, sikap solipsisme harus dihindari, karena tidak etis. Sebab, seseorang secara moral tidak bisa mengklaim dirinya paling benar dan yang lain salah. Ilmu pengetahuan terbentuk dari kumpulan pengetahuan orang lain sebelumnya, baik yang benar maupun salah. “Knowledge is a collection of previous knowledge”.Hindari sikap ragu-ragu. Misalnya pernyataan “Demikian kira-kira hasil penelitian yang saya temukan”, dapat diubah dengan kalimat lugas “Demikian hasil penelitian yang dapat saya temukan”.Hindari istilah asing jika sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya, “Background pendidikan saya adalah madrasah”, dapat diubah menjadi “Latar belakang pendidikan saya adalah madrasah”.Hindari kalimat dengan subjek yang tidak jelas. Misalnya “Bagi siswa yang ingin pulang awal diminta melaporkan diri”, dapat diubah menjadi “Siswa yang ingin pulang awal diminta melaporkan diri”.“Dalam situasi demikian, akan merusak tatanan sosial”, dapat diubah menjadi “Situasi demikian akan merusak tatanan sosial”, atau “Dalam situasi demikian, orang yang melanggar aturan akan merusak tatanan sosial”. Hindari kalimat dengan kata sambung ganda. Misalnya, Karena sakit, maka dia tidak masuk sekolah”, bisa diganti “Karena sakit, dia tidak masuk sekolah”.Hindari pernyataan amfiboli amphibolia, yakni konstruksi kalimat yang maknanya bercabang. Misalnya“Istri mudanya lebih tua dari istri tuanya”.Belok kiri jalan terus”.Hindari logical fallacy sesat pikir atas dasar argumentum ad populum, yaitu merasa melakukan sesuatu yang benar karena banyak orang melakukannya. Misalnya, “Saya memilih metode penelitian ini karena banyak orang lain menggunakannya juga”.Hindari pernyataan dengan membuat generalisasi berlebihan overgeneralization. Misalnya “Anak-anak SMP sekarang sudah kecanduan narkoba. Buktinya, itu anak tetangga saya yang masih di SMP”. H. Penutup Menulis karya ilmiah baik dalam bentuk makalah atau artikel yang akan dimuat di jurnal ilmiah maupun buku bukan semata persoalan memahami langkah-langkah menyusun karya ilmiah, melainkan pemahaman atas pemikiran yang mendasarinya. Dengan ungkapan lain, pemilihan bentuk dan cara penulisan sekadar persoalan cita rasa dan kesukaan perorangan. Selebihnya, teknik penulisan itu sendiri juga dipilih berdasarkan pertimbangan tentang tradisi keilmuan bidang tertentu, permasalahan yang dikaji, serta khalayak sasaran yang diharapkan menjadi pembaca karya ilmiah dimaksud. _________
Schluter(1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian. 2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin. dipecahkan. 3. Membangun sebuah bibliografi.
Penulisan karya ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu peneliti karena suatu karya ilmiah akan dibaca dan dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dan seni. Mengapa dalam penulisan karya ilmiah harus disusun secara sistematis? Penulisan karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis. Alasan utama mengapa karya ilmiah ditulis secara runtut dan sistematis ialah agar permasalahan yang diangkat dapat terlihat dan pembahasan serta pembedahan masalah itu dapat mudah dipahami. Mengapa setiap kata yang ditulis dalam karya ilmiah harus dapat dipertanggungjawabkan? Suatu karya tulis ilmiah harus dapat dipertanggungjawabkan karena data dan fakta yang disajikan haruslah sesuai dengan data atau keadaan dilapangan. Karya tulis ilmiah mengandung ilmu pengetahuan yang harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apakah yang dimaksud dengan penelitian yang relevan? Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang relevan adalah penelitian yang memiliki kesesuaian di dalamnya, baik dari segi judul, topik, pembahasan masalah, hingga variabel-variabel yang diteliti. Apa yang dimaksud dengan kajian yang relevan? Kajian relevan adalah deskripsi tentang kajian penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang diteliti. Bagaimana kaidah penulisan karya ilmiah yang baik dan benar? Logis. Karya ilmiah adalah karya tulis yang harus memiliki logika penulisan. Objektif. Objektif di sini berarti data dan informasi sesuai dengan fakta yang sebenar-benarnya. Sistematis. Andal. Desain. Akumulatif. Apa saja yang harus dipenuhi dalam membuat laporan penelitian sehingga memenuhi kaidah kaidah ilmiah? Laporan harus benar dan objektif. Laporan harus jelas dan cermat maksud dan tujuan penulisan laporan. Laporan harus langsung mengenai sasaran penelitian yang di teliti. Laporan harus lengkap dan tersusun secara sistematis. Bagaimana cara menulis karya ilmiah yang baik dan benar? Menentukan Topik atau Tema Penelitian. Kerangka Penelitian. Mengumpulkan Bahan. Survei Lapangan. Menyusun Bibliografi. Menyusun Hipotesis. Penyusunan Rancangan Penelitian. Percobaan Sesuai Metode yang Direncanakan. Hal penting apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan aktivitas menulis karya ilmiah? Menentukan Tema atau Topik Penelitian. Membuat Outline/Kerangka Penelitian. Mengumpulkan Bahan. Survei Lapangan. Membangun Bibliografi. Menyusun Hipotesis. Menyusun Rancangan Penelitian. Mengapa karya tulis ilmiah begitu besar peranannya di dalam bidang pendidikan khususnya perguruan tinggi? Pentingnya karya tulis ilmiah adalah melatih mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan ini. Dengan membiasakan diri membaca efektif, mereka akan mampu menyaring informasi serta memilahnya antara yang perlu dan tidak. Akhirnya, mahasiswa mampu memperkaya cakrawala wawasannya sendiri. Mengapa bahasa yang digunakan sebuah karya tulis ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar? Jawaban. karena Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. Mengapa penulisan karya tulis ilmiah sangat didukung dan didorong oleh diksi? Dengan diksi yang tepat, penulis atau pengarang karya sastra dapat menggiring emosi atau perasaan pembaca. Selain itu, penggunaan diksi dalam penulisan karya ilmiah juga tidak kalah penting. Pemilihan diksi yang tepat, akan membuat isi dari suatu karya ilmiah jadi lebih mudah dipahami. Sebuah karya ilmiah dikatakan ilmiah itu harus bagaimana? Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Suatu karangan dapat dikatakan ilmiah jika ia mengungkapkan suatu permasalahan dengan metode ilmiah. Jelaskan apa yang dimaksud dengan karya ilmiah serta bagaimana kaitannya dengan teks akademik? Karya Tulis Ilmiah biasa disingkat Karya Ilmiah Scientific Paper– adalah tulisan atau laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian suatu masalah oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Mengapa dalam suatu penelitian perlu memperhatikan penelitian terdahulu? Penelitian terdahulu berguna untuk mengetahui bagaimana metode penelitian dan hasil-hasil peneleitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu digunakan sebagai tolak ukur peneliti untuk menulis dan menganalisis suatu penelitian. Tujuan penelitian terdahulu sendiri guna mengetahui langkah penulis salah atau benar. Mengapa penelitian terdahulu yang serupa harus dicantumkan di dalam sebuah laporan penelitian? Tujuan dicantumkannya penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui bangunan keilmuan yang sudah diletakkan oleh orang lain, sehingga penelitian yang akan dilakukan benar-benar baru dan belum diteliti oleh orang lain. Mengapa dalam melakukan penelitian harus menggunakan metodologi? Manfaat Metodologi Penelitian Menggunakan metodologi, para peneliti dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang ada, misalnya keterbatasan waktu, biaya, tenaga, etik, dan lain-lain. Kesimpulan yang diambil oleh peneliti dapat terpercaya. Kesimpulan yang diambil dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan. Apakah dalam kajian teori boleh dikutip dari hasil penelitian orang lain? Boleh saja mengutip hasil–hasil penelitian orang lain yang relevan dengan teori dari variabel penelitian kita. Referensi Pertanyaan Lainnya1Apakah kelompok bilangan 3 4 dan 5 merupakan tripel pythagoras?2Apakah yang dilakukan Sultan Agung untuk menaklukkan seluruh Jawa?3Teknik manakah yang digunakan dalam menggoreng keripik singkong?4Bagaimana cara meningkatkan integrasi nasional tersebut Sebutkan 4 alasan?5Bagaimana syarat pertanyaan wawancara yang baik dan benar?6Apakah nitrogen termasuk zat tunggal?7Berapa luas permukaan kubus jika diketahui volumenya adalah 125cm³?8Apa hukumnya memakan katak jelaskan?9Bagaimanakah hubungan antara banyaknya bola dengan pola ke n?10Apakah dampak penerapan bioteknologi terhadap lingkungan?
Liputan6com, Jakarta Tujuan penulisan karya ilmiah openting untuk anda ketahui sebelum menulisnya. Tujuan penulisan karya ilmiah yang paling utama adalah untuk melatih peneliti berpikir kritis,
Pengertian karya Ilmiah Menurut Para AhliMacam-macam karya Ilmiah 1. Makalah 2. Skripsi 3. Kertas kerja4. Tesis Manfaat Karya Ilmiah Fungsi karya Ilmiah Struktur Karya Ilmiah1. Bentuk Populer2. Bentuk Semiformal3. Bentuk Formal Langkah-Langkah Menulis Karya Ilmiah1. Menentukan Tema atau Topik Penelitian2. Membuat Outline/Kerangka Penelitian3. Mengumpulkan Bahan4. Survei Lapangan5. Membangun Bibliografi6. Menyusun Hipotesis7. Menyusun Rancangan Penelitian8. Melaksanakan Percobaan Berdasarkan Metode yang Direncanakan9. Melaksanakan Pengamatan dan Pengumpulan Data10. Menganalisis dan Menginterpretasikan Data11. Merumuskan Kesimpulan dan Teori Langkah-langkah menulis karya ilmiah – Menulis karya ilmiah sudah menjadi salah satu kewajiban seorang pengajar. Selain sebagai salah satu syarat untuk naik jabatan, menulis karya ilmiah juga menjadi tanggung jawab para akademisi untuk perkembangan pengetahuan. Menulis karya ilmiah tidak sama dengan menulis artikel non ilmiah pada umumnya. Menulis karya ilmiah berarti kita membuat suatu penelitian yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. Untuk itu tidak bisa sembarangan dalam menulis karya ilmiah ini. Tapi yang harus ditekankan, bukan berarti sebuah karya tulis ilmiah non penelitian itu kualitas keilmuannya diragukan, lho. Perlu diketahui bahwa suatu karya ilmiah berkualitas atau tidak bukan berdasarkan penelitian atau non penelitian. Namun dari seberapa tajam analisisnya dan seberapa kuat justifikasi kesimpulannya klaim keilmuannya berdasarkan dari data teoritis maupun empiris terpercaya yang dipaparkan oleh penulis. Pengertian karya Ilmiah Menurut Para Ahli Menurut Eko Susilo, karya ilmiah atau karya ilmiah adalah karya tulis yang dari penyusunannya didasarkan pada penelitian, pengamatan, dan pemantauan terhadap cabang ilmu atau bidang tertentu. Dari segi penyusunan, karya ilmiah disusun berdasarkan metode yang tersistematis, dari segi penggunaan bahasa pun menggunakan bahasa yang sopan dan baku. Dari segi isi, juga bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan keilmiahannya. Menurut Dwiloka dan Riana, karya ilmiah adalah karya tulis yang ditulis oleh seorang ilmuwan yang didasarkan pada latar belakang penguasaan ilmunya. Dimana karya ilmiah yang ditulis untuk membangun ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan penelitian ataupun kajian literatur, termasuk juga pengalaman yang sudah pernah dirasakan oleh peneliti. Sedikit berbeda dengan pendapat Brotowidjoyo, yang mengartikan bahwa karya ilmiah adalah monografi yang ditulis dengan cara menyajikan fakta. Dari segi penulisan juga disusun berdasarkan metodologi. Macam-macam karya Ilmiah Jika sudah memahami sekilas tentang pengertian karya ilmiah dari para tokoh, ternyata karya ilmiah memiliki beberapa macam. Barangkali ada yang masih bingung, sebenarnya bentuk dari karya ilmiah itu apa saja sih? Berikut ada tiga macam karya ilmiah. 1. Makalah Saat menyebutkan makalah, pastinya Anda sudah tidak asing lagi bukan? Jadi makalah salah satu karya ilmiah. Secara isi, mengulas topic atau permasalahan yang disertai dengan pembahasan lengkapnya. Proses pembuatan makalah pun dibuat berdasarkan data yang telah diperoleh di lapangan yang sifatnya empiris-objektif. Dengan kata lain, makalah bentuk dari karya tulis ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Skripsi Macam karya ilmiah yang kedua adalah skripsi. Pastinya Anda sudah tahu jenis ini. dari segi pengambilan data dan penulisan pun juga berdasarkan pada hasil penelitian ataupun kajian yang dilakukan penulis. seperti yang Anda tahu, penulisan skripsi dibuat oleh mahasiswa Strata 1, dimana penulisan skripsi bentuk dari syarat kelulusan. 3. Kertas kerja Kertas kerja juga termasuk karya ilmiah, karena dari segi penyajian isi berisi data-data yang dapat dipertanggungjawabkan. Bedanya, kertas kerja ditulis lebih mendetail dan lebih tuntas dibandingkan penulisan makalah. Jadi sumber referensi kertas kerja ini berisi topic tertentu, misalnya mengambil dari materi seminar dan semacamnya. 4. Tesis Sebenarnya hampir mirip dengan penulisan skripsi, tesis juga termasuk karya ilmiah yang diperuntukan untuk mahasiswa yang mengambil pascasarjana S2. Dari segi isi, tentu saja tesis ditulis berdasarkan kajian, penelitian dan hipotesis yang diangkat oleh penulis. tesis ini hanya ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana sebagai syarat untuk kelulusan gelar magister. Manfaat Karya Ilmiah Melihat manfaat karya ilmiah, sebenarnya memiliki peranan yang cukup besar. Jadi karya ilmiah tidak sekedar sebagai tugas dari pihak kampus atau instansi saja. tetapi memiliki fungsi untuk pendidikan juga. Setidaknya ada tiga manfaat diantaranya berperan untuk penelitian, kedua berperan untuk pendidikan dan memiliki fungsi fungsional. Manfaat karya ilmiah di dunia pendidikan berperan untuk memberikan pengalaman bagi penulisnya. Dimana dari penulisan karya ilmiah, penulis saat membaca sumber referensi untuk mendukung karya ilmiah, mereka mendapatkan banyak perspektif dan banyak ilmu yang akan mendukung secara akademik penulis. Sedangkan dari segi fungsi penelitian, tentu saja akan menawarkan variasi dan ragam model hasil penelitian. Semakin banyak koleksi penelitian, menunjukan bahwa Negara tersebut semakin baik masyarakatnya. Karena dari hasil penelitian akan memperkaya ilmu pengatahuan sekaligus sebagai media transformasi kepada regenerasi kita. Sedangkan dari segi manfaat fungsional, karya ilmiah sebagai media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari berbagai perspektif. Sekaligus sebagai pendukung bahan pustaka dan sangat berperan untuk kepentingan disiplin ilmu, tentunya banyak cabang ilmu. Baca juga 9 Situs Jurnal Internasional Untuk Referensi Karya Ilmiah Cara Menulis Abstrak Karya Tulis Ilmiah, Skripsi, dan Paper Pengertian Essay Tujuan, Struktur, Cara Membuat dan Contoh Lengkapnya Fungsi karya Ilmiah Buat Anda yang bertanya-tanya, sebenarnya fungsi karya ilmiah memiliki fungsi seberapa besar sih? Tentu saja ada banyak sekali fungsi yang bisa dirasakan. Diantaranya untuk penyelesaian atau solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Misalnya di ranah pertanian, banyak yang kesulitan dan tidak bisa gimana caranya budidaya sukulen. Nah, kemudian dilakukan penelitian di bidang tersebut, dan ditemukan solusi atau formula mudah membudidaya sukulen. Sehingga banyak penghobi sukulen bisa merawat tanaman jenis sukulen lewat penelitian yang dikemas dalam penelitian. Adapun fungsi lain, yaitu berfungsi untuk prediksi. Seperti yang Anda tahu, sebuah penelitian selain menjadi solusi, juga sebenarnya melakukan prediksi terhadap sesuatu hal yang belum diketahui jawabannya. Sehingga ada tindakan preventif atau antisipasi untuk melakukan pencegahan. karya ilmiah ternyata juga dapat dijadikan sebagai kontrol terhadap pernyataan atau masalah yang belum diketahui kebenarannya. Dengan kata lain, karya ilmiah sebagai upaya untuk mendapatkan kepastian jawaban terkait dengan pertanyaan dan permasalahan yang sedang dihadapi. Secara singkat, karya ilmiah dapat disimpulkan bahwa memiliki beberapa peranan, yaitu sebagai kontrol, sebagai solusi, dan sebagai ramalan. Baca juga Cara Mengubah Karya Ilmiah Dalam Bentuk Buku Ajar Pengertian Tinjauan Pustaka, Manfaat, Cara Membuat dan Contoh Lengkap Hipotesis Penelitian Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh Lengkap Struktur Karya Ilmiah Langkah-langkah menulis karya ilmiah yang baik, beberapa struktur ini harus Anda perhatikan terlebih dahulu. 1. Bentuk Populer Karya ilmiah bentuk ini sering disebut karya ilmiah populer. Bentuknya adalah pilihan. Karya ilmiah bentuk ini bisa diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya bersifat santai populer. Karya ilmiah populer umumnya dijumpai dalam media massa, seperti koran atau majalah. Istilah populer digunakan untuk menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi populus rakyat atau disukai oleh orang kebanyakan karena gayanya yang menarik dan bahasanya mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, namun tidak berupa senda gurau dan tidak pula bersifat fantasi rekaan. 2. Bentuk Semiformal Karya ilmiah bentuk ini biasanya sudah tersusun dari beberapa bab, diantaranya adalah halaman judul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Bentuk karya ilmiah sejenis ini umumnya digunakan di berbagai laporan biasa dan makalah. 3. Bentuk Formal Lain halnya dengan karya ilmiah berbentuk formal. Tulisan ini tentu lebih lengkap dan terstruktur. Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Unsur-unsur karya ilmiah bentuk formal, meliputi hal-hal sebagai berikut. Judul Tim pembimbing Kata pengantar Abstrak Daftar isi Bab pendahuluan Bab telaah kepustakaan/kerangka teoritis Bab Metode penelitian Bab Pembahasan hasil penelitian Bab Kesimpulan dan rekomendasi Daftar pustaka Lampiran-lampiran Riwayat hidup Langkah-Langkah Menulis Karya Ilmiah Meskipun terdiri dari tiga bentuk yang berbeda, secara garis besar dalam menyusun karya ilmiah langkah-langkahnya tetap sama. Yang membedakan hanyalah struktur susunan tulisannya. Maka untuk menulis karya ilmiah yang baik, langkah-langkah yang harus kita tempuh adalah sebagai berikut. Mau menulis buku? Anda wajib punya panduan iniGRATIS! Ebook Panduan Menulis Buku [PREMIUM] 1. Menentukan Tema atau Topik Penelitian Langkah-langkah menulis karya ilmiah yang pertama adalah Anda harus menentukan tema penelitian. Penentuan topik ini sangat penting dalam penulisan karya ilmiah. Sebab topik adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan kepada pembaca. Wahab 19944 menyebutkan bahwa yang dimaksud topik adalah bidang medan atau lapangan masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu, tema diartikan sebagai pernyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Topik yang memang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik karya ilmiah adalah Isu-isu yang masih hangat Peristiwa-peristiwa nasional atau internasional Sesuatu benda, karya, orang, dan lain-lain yang dikaitkan dengan permasalahan politik, pendidikan, agama, dan lain-lain Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot 2. Membuat Outline/Kerangka Penelitian Langkah-langkah menulis karya ilmiah sebaiknya menggunakan outline atau kerangka penelitian. Outline karya tulis ini berperan sebagai pemandu saat Anda melakukan proses penulisan karya ilmiah supaya tulisan tidak melebar jauh dari topik yang sudah ditentukan. Outline tulisan ilmiah disusun secara hierarki untuk menunjukkan garis besar cakupan dan haluan tulisan yang berupa topik utama judul dan bab serta poin-poin pentingnya yang disusun dalam Sub BAB hingga anak Sub BAB. Langkah ini penting dilakukan supaya karya tulis ilmiah Anda memiliki haluan/pedoman yang jelas. Lalu bagaimana jika kita sudah menulis outline terus tiba-tiba ada ide baru penunjang topik tulisan? Jika hal tersebut terjadi, Anda tidak dilarang untuk menambahkan pada poin-poin outline yang sudah disusun. Pada dasarnya tujuan outline ini kan mempermudah proses penulisan alur dan mengembangkan tulisan hingga terperinci, maka jika ada ide yang muncul, Anda bisa langsung tahu dimana letak penambahan maupun pengurangan muatan isi tulisan Anda. Dengan adanya outline ini tandanya tulisan ilmiah yang sedang Anda buat ini ditulis dengan perencanaan yang matang. Baca juga Aturan Penulisan Karya Ilmiah Penelitian Kuantitatif Pengertian, Tujuan, Jenis-Jenis, dan Langkah Melakukannya Instrumen Penelitian Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh Lengkap 3. Mengumpulkan Bahan Setelah poin-poin outline tersusun dengan rapi, penulis dapat mulai mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun elektronika. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Anda dapat mencari bahan referensi bahan dari jurnal, disertasi, manuskrip, atau karya terpercaya dan berkualitas lainnya. Pada prinsipnya mencari bahan literatur Anda jangan hanya terpaku pada satu sumber rujukan saja. Anda harus membuka diri untuk mencari referensi di tempat lain dengan metode berbeda agar sumber rujukan tulisan Anda semakin beragam. 4. Survei Lapangan Langkah ini adalah melakukan pengamatan atas obyek yang diteliti. Menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti dan dijadikan karya ilmiah. Langkah ini merupakan titik acuan Anda dalam proses penulisan atau penelitian. 5. Membangun Bibliografi Bibliografi berarti kegiatan teknis membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliografi adalah untuk mengetahui adanya suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan. 6. Menyusun Hipotesis Langkah ini adalah menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek penelitian Anda. Hipotesis ini merupakan prediksi yang ditetapkan ketika Anda mengamati obyek penelitian. 7. Menyusun Rancangan Penelitian Merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang dilakukan. Menyusun rancangan penelitian sebagai langkah ketiga dari langkah-langkah menulis karya ilmiah. Ini merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang dilakukan. 8. Melaksanakan Percobaan Berdasarkan Metode yang Direncanakan Langkah ini merupakan kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk percobaan terkait penelitian yang dilakukan. Anda lakukan percobaan yang signifikan dengan objek penelitian Baca juga Cara Mengubah Karya Ilmiah Dalam Bentuk Buku Ajar 90+ Contoh Rumusan Masalah untuk Penelitian, Skripsi, dan Karya Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif Pengertian Menurut Ahli, Jenis-Jenis, dan Karakteristiknya 9. Melaksanakan Pengamatan dan Pengumpulan Data Setelah melakukan percobaan atas obyek penelitian dengan metode yang direncanakan, maka selanjutnya Anda melakukan pengamatan terhadap objek percobaan yang dilakukan tersebut. 10. Menganalisis dan Menginterpretasikan Data Langkah ini menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Anda coba untuk menginterpretasikan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan. Di langkah inilah Anda mencoba untuk meneliti dan memperkirakan apa yang terjadi dari pengamatan dan pengumpulan data. 11. Merumuskan Kesimpulan dan Teori Langkah ini merumuskan kesimpulan atau teori mengenai segala hal yang terjadi selama percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterpretasian data. Langkah ini mencoba untuk menarik kesimpulan dari semua yang didapatkan dari proses percobaan, pengamatan, penganalisaan, dan penginterpretasian terhadap objek penelitian. Baca juga 4 Tips Menulis Abstrak Pada Karya Ilmiah Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan daftar menjadi penulis atau Anda bisa langsung kirim naskah dengan mengikuti prosedur berikut pada situs kami. Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang buku karya ilmiah, Anda dapat melihat artikel-artikel kami berikut Tanpa Disadari, Inilah 5 Manfaat Membuat Buku Karya Ilmiah Cara Membuat Jurnal Agar Layak Menjadi Referensi Karya Tulis Teknik Menulis Plagiarisme Itu Tabu dalam Karya Ilmiah Dosen 2 Tips Teknik Menulis Menghindari Plagiarisme dalam Karya Ilmiah Buku Karya Ilmiah yang Baik – 8 Asas Penulisan Wajib Dikuasai Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS!
\n \n \n mengapa penulisan karya ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu peneliti
Sedangkandari segi manfaat fungsional, karya ilmiah sebagai media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari berbagai perspektif. Sekaligus sebagai pendukung bahan pustaka dan sangat berperan untuk kepentingan disiplin ilmu, tentunya banyak cabang ilmu. Baca juga : 9 Situs Jurnal Internasional Untuk Referensi Karya Ilmiah
Sebuah artikel ilmiah, walaupun pada dasarnya komponennya sama dengan skripsi, tesis atau disertasi STD, tetapi terdapat beberapa perbedaan serta panjang tulisannya lebih singkat. Banyak mahasiswa yang sudah memiliki skripsi, tesis atau disertasi yang sudah dipertahankan dalam ujian, tetapi tetap kesulitan meringkasnya menjadi artikel ilmiah. Dari sebuah STD jika pandai mengolahnya, dapat dihasilkan beberapa artikel ilmiah. Dari hasil yang diperoleh, dapat ditulis menjadi artikel ilmiah primer, dan dari tinjauan pustaka STD, dapat dikembangkan menjadi sebuah artikel ilmiah review. Tentu saja dari Tesis dan Disertasi, karena penelitiannya lebih kompleks, dapat dihasilkan beberapa artikel ilmiah primer. Tulisan ini menjelaskan bagaimana mengubah format STD menjadi artikel ilmiah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PRINSIP DAN TEKNIK MENULIS ARTIKEL ILMIAH DARI LAPORAN PENELITIAN, SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI1 Tarkus Suganda Lab. Fitopatologi Dept. Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Daftar Isi • Pendahuluan • Persiapan Sebelum Menulis Artikel Ilmiah • Pelaksanaan Penulisan Artikel Ilmiah Komponen Artikel Ilmiah • Penutup I. PENDAHULUAN Dalam dunia akademik, artikel ilmiah memiliki peran yang sangat penting, baik bagi pengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri maupun bagi pengembangan karir peneliti dan akademisi. Bagi sivitas akademika dosen peneliti dan mahasiswa, tentunya diwajibkan melakukan penelitian. Setelah penelitian selesai, maka akan diakhiri dengan membuat laporan penelitian yang bentuknya dapat bermacam-macam. Untuk penelitian dosen biasanya berbentuk laporan penelitian, sedangkan laporan penelitian sebagai suatu produk akhir dari suatu jenjang pendidikan, dapat berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Walaupun memiliki kadar ilmiah, pada dasarnya, skripsi, tesis, dan disertasi LPSTD belum dapat dikategorikan sebagai karya publikasi ilmiah, karena pada dasarnya LPSTD adalah karya ilmiah yang “tidak dipublikasikan”. Oleh karena ada slogan di dunia akademik bahwa “suatu penelitian belumlah dianggap selesai kecuali jika hasilnya telah dipublikasikan secara luas. Cara mempublikasikan karya ilmiah banyak ragamnya, dapat berupa makalah yang diseminarkan lalu dijadikan prosiding, atau diunggah ke internet sebagai tulisan dari para penelitinya. Namun demikian, nilai kredit tertinggi dari suatu publikasi ilmiah adalah jika hasil penelitian dipublikasikan sebagai artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah yang direview oleh pakar sebidang ilmu peer-reviewed articles. Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan artikel ilmiah adalah artikel primer lihat sub-judul di bawah, sehingga bahasan akan lebih difokuskan kepada artikel ilmiah primer untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Berbagai Jenis Artikel Ilmiah Diterbitkan Dalam Jurnal Ilmiah Sebenarnya, ada beberapa jenis artikel ilmiah yang dapat dimuat dalam suatu jurnal ilmiah, yaitu artikel ilmiah primer melaporkan hasil penelitian si penulis artikelnya sendiri, artikel ilmiah review atau kupasan si penulisnya mengupas berbagai artikel yang sejenis dan meramunya menjadi artikel baru secara 1 Makalah Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, Kampus ITB Jatinangor, 10 Mei 2014 komprehensif, book review, surat kepada Editor jurnal letter to editor, komunikasi singkat short report, laporan perdana first report, dan lain-lain. Artikel ilmiah primer, pada dasarnya adalah versi ringkas dari suatu laporan hasil penelitian laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi - LPSTD. Dengan demikian, bagi seorang dosen termasuk juga bagi mahasiswa, seharusnya menulis artikel ilmiah jauh lebih mudah karena pada dasarnya hanya menyingkat laporan ilmiah versi LPSTD saja. II. PERSIAPAN SEBELUM MENULIS ARTIKEL ILMIAH Sebelum memulai menulis artikel ilmiah, diperlukan adanya persiapan yang matang. Persiapan tersebut termasuk persiapan mental, keterampilan dan teknis, serta sarana-prasarana. Persiapan mental meliputi motivasi dan daya tahan, Motivasi terbaik untuk menulis artikel ilmiah harus datang dari diri sendiri, walaupun dorongan dari lingkungan sekitar juga cukup berperan penting. Persiapan keterampilan dan teknis mencakup pengetahuan tentang tata-tulis dan bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa Indonesia terutama EYD dan teknik parafrasing untuk menghindari plagiarisme. Selain itu, diperlukan juga keterampilan menggunakan komputer, baik untuk menganalisis data, membuat ilustrasi dan menulisnya word processing itu sendiri, maupun untuk mengakses internet-mencari kepustakaan pendukung terkini googling atau mengakses database kepustakaan seperti Ebsco, Proquest, Science Direct, dsb.. Dalam makalah ini, pembahasan akan difokuskan ke persiapan teknis menulis artikel dengan asumsi bahwa persiapan mental dan persiapan sarana-prasarana sudah tidak ada masalah. a. Mengikuti pelatihan penulisan artikel atau berdiskusi dengan pakar penulisan artikel. Penulis artikel ilmiah tidak sama dengan novelis yang bebas berkreasi. Penulis artikel ilmiah dipagari oleh berbagai ketentuan yang harus ditaati tanpa syarat, baik dari segi bahasa, peristilahan, tata tulis, maupun formatnya. Jurnal yang artikel ilmiahnya ditulis dengan ragam dan format yang berbeda-beda, tidak akan pernah diakreditasi. Penulis artikel ilmiah dapat diibaratkan sebagai altlet, untuk menjadi juara diperlukan latihan yang keras. Mengikuti pelatihan penulisan dan atau melakukan diskusi aktif dengan sesama penulis artikel, terutama yang sudah berpengalaman, merupakan suatu keharusan kecuali bagi penulis yang benar-benar berbakat/gifted. b. Membaca artikel ilmiah yang baik di bidang ilmu kita. Artikel ilmiah, walaupun memiliki dasar-dasar yang sama, namun harus disadari bahwa setiap bidang ilmu, bahkan setiap jurnal, memiliki gaya selingkung in-house style sendiri-sendiri. Oleh karena itu, membaca dan mengamati dengan seksama artikel-artikel ilmiah dalam bidang ilmu kita, merupakan hal yang sangat penting. c. Menetapkan jurnal ilmiah yang kita ingin kirimi artikel ilmiah. Sebagaimana telah disampaikan di atas, karena setiap jurnal memiliki kekhasan masing-masing, maka sebelum kita memulai proses penulisan artikel kita, tetapkanlah terlebih dahulu jurnal ilmiah mana yang kita ingin artikel ilmiah kita dimuat. Sebenarnya ada tambahan lain dalam kriteria pemilihan jurnal ilmiah yang kita akan kirimi naskah. Contohnya adalah reputasi jurnal ilmiah tersebut, apakah terakreditasi atau tidak? Apakah tersebar luas atau tidak memiliki situs di internet atau tidak, memiliki penyunting pakar tidak, dlsb. Faktor biaya penerbitan juga layak dipertimbangkan, karena sering jurnal ilmiah meminta bayaran yang tidak dapat dipenuhi oleh calon penulis yang dananya terbatas. Memilih jurnal ilmiah adalah proses yang memerlukan pemikiran yang matang dari berbagai sudut pertimbangan, dan umumnya keputusannya adalah sebuah kompromi dari berbagai pertimbangan tersebut. d. Mendapatkan “petunjuk penulisan artikel” jurnal tersebut dan salah satu contoh artikelnya. Sebagai akibat dari adanya gaya selingkung, oleh karena itu, sangat penting bagi seorang calon penulis artikel ilmiah untuk mendapatkan petunjuk penulisan artikel” dari jurnal yang dipilihnya. Selain petunjuk penulisannya, sangat dianjurkan juga untuk mendapatkan salah satu artikel yang sudah diterbitkan dalam jurnal tersebut. Hal ini untuk berjaga-jaga jika pemahaman kita tentang petunjukan penulisan artikel tidak terlalu benar. Sebagai penulis artikel, si penulis HARUS bersedia mematuhi seluruh ketentuan yang ada di dalam petunjuk penulisan artikel jurnal tersebut, sampai ke hal-hal yang detil, misalnya tentang cara penulisan satuan, cara penyingkatan nama jurnal, dlsb. Jangan pernah seorang penulis artikel mencoba mempengaruhi redaksi jurnal tersebut dengan alasan bahwa cara yang digunakan si penulis merupakan hal yang baku di bidangnya. Jika tidak suka dengan gaya selingkung jurnal tersebut, maka tidak ada paksaan bagi si penulis untuk mengirimkan naskah ke jurnal tersebut. e. Mengecek ulang data penelitian kita analisis, metodenya, penyajiannya, dlsb.. Sebelum menulis artikel, si penulis harus sudah yakin bahwa penelitian yang datanya akan dilaporkan, sudah memenuhi kaidah akademik misalnya adanya perlakuan pembanding atau kontrol, adanya pengulangan dan randomisasi, sudah memenuhi ketentuan statistik, sudah menggunakan metode penelitian yang tepat untuk tujuan penelitian tersebut, dlsb.. Selain itu, data juga sudah harus diuji statistik kalau datanya memang mengharuskan diuji statistik, sudah dibuat tabulasi atau disajikan sebagai gambar secara benar dan memenuhi kaidah keilmuan, dlsb. f. Menjamin tidak akan ada masalah kepemilikan hak atas artikel ilmiah yang akan diterbitkan. Persiapan terakhir sebelum menulis adalah mengklirkan hak kepemilikan atas artikel yang akan ditulis, terutama untuk artikel tentang penelitian kelompok atau yang melibatkan mitra. Bagi mahasiswa, jika artikelnya berasal dari skripsi, tesis, atau disertasi STD, harus jelas terlebih dahulu, siapa yang lebih berhak atas penelitian tersebut. Keteledoran tentang hak kepemilikan ini sering menjadi masalah di kemudian hari. Redaksi jurnal biasanya tidak mau tahu tentang hal ini, karena sudah menjadi kewajiban para penulis artikel untuk mengklirkan hal ini sebelum artikel ditulis. Hal ini penting misalnya jika STD berupa penelitian proyek dosen dari dana hibah, yang salah satu ketentuannya adalah harus ada artikel ilmiah atas nama si ketua peneliti. Pada prinsipnya, hak atas artikel ilmiah dari suatu penelitian kelompok, seyogyanya harus ditetapkan dan disepakati oleh setiap anggota kelompok, jauh sebelum penelitiannya sendiri dilakukan. Salah satu tujuan penulisan artikel ilmiah selain untuk penyebarluasan informasi ilmiah adalah untuk mendapatkan kredit point cum. Di Indonesia berlaku ketentuan bahwa penulis utama penulis nomor 1 atau autor senior mendapatkan 60% dari total kredit point artikel tersebut. Sebanyak 40% sisanya dibagi rata oleh autor-autor berikutnya. Kalau autornya hanya seorang, tentunya 100% dari kredit point adalah miliknya sendiri. Pada masa lalu, setiap artikel ilmiah harus menyertakan nama kepala lab., tidak peduli apakah ia terlibat atau tidak di dalam percobaan/penelitian yang dilaporkan. Penempatannya biasanya sebagai autor terakhir. Hal ini menyebabkan kemudian orang berebutan untuk menjadi autor terakhir untuk “prestise”. Timbul kesulitan yaitu bagaimana jika ada artikel yang penelitiannya dilaksanakan di lebih dari satu lab? Untuk mencegahnya, di Inggris, beberapa jurnal mengurut autor secara alfabetis. Nampaknya memang adil, tetapi sebenarnya tidak, karena autor yang memiliki konstribusi tinggi terhadap penelitian memiliki kredit point yang sama atau bahkan lebih rendah dengan autor yang tidak/kurang memberikan konstribusinya. Oleh karena itu, menurut cara modern, pengurutan autor didasarkan atas besar-kecilnya peranan autor dalam penelitian dan dalam menulis artikel. Disepakati bahwa penulis pertama adalah autor senior yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan penelitian yang dilaporkan. Komunikasi tentang artikel tersebut dapat saja diwakilkan kepada autor lain, tidak selalu harus ke autor senior. Yang dimaksud dengan senior bukan didasarkan atas umur, kepangkatan, atau jabatan, namun didasarkan pada urutan peranan pentingnya autor tersebut terhadap percobaan/penelitian yang dilakukan Etikanya, kolega atau penyelia supervisor tidak selayaknya meminta namanya dimasukkan menjadi autor jika ia tidak terlibat sama sekali dalam penelitian/percobaan. Bahkan jika nama kita yang tidak terlibat dalam proses pelaksanaan penelitian namun dicantumkan sebagai salah satu autor oleh si peneliti utama, selayaknya kita menolak dengan sopan. Sebelum meminta atau menerima nama kita dicantumkan sebagai salah satu autor suatu artikel ilmiah, sebaiknya ingatlah bahwa seorang autor sebuah artikel adalah seseorang yang bertanggung jawab secara intelektual terhadap hasil riset yang dilaporkan. Setiap autor yang dicantumkan namanya harus memiliki peran yang penting dalam riset yang dilaporkan. Sebaiknya urutan autornya harus ditentukan sebelum percobaan dilakukan. Urutan ini bisa saja berubah jika dalam pelaksanaannya terjadi berubahan. Secara singkat, pencantuman autor dalam artikel ilmiah seharusnya hanya berisi nama-nama autor yang memiliki konstribusi yang mendasar terhadap pekerjaan yang dilaporkan. Contoh kasus Diambil dari Day, 1988 Ilmuwan A merencanakan serangkaian percobaan. A menugaskan teknisi B untuk melaksanakan percobaan dan menjelaskan bagaimana melaksanakan percobaan. Jika percobaan berhasil dan hasilnya kemudian dipublikasikan, maka A akan merupakan satu-satunya autor, sekalipun teknisi B melakukan semua pekerjaan Teknisi B dihargai dalam pernyataan tertulis di bagian “Ucapan Terima Kasih”. Andaikan percobaan tersebut kurang sukses, dan si Teknisi B kemudian menyarankan kepada Ilmuwan A perbaikan pelaksanaan misalnya mengganti temperatur inkubasi dari 15 ke 270C, dan kemudian percobaan menjadi berhasil, maka nama Teknisi B masuk menjadi autor kedua. Andaikan, jika kemudian diketahui bahwa dengan merubah temperatur inkubasi tersebut organisme yang diteliti menjadi patogenik, sementara menurut literatur organisme tersebut sebenarnya non patogenik. Ilmuwan A kemudian meminta bantuan Ilmuwan C untuk melaksanakan test singkat patogenisitas. Peranan C dihargai dalam “Ucapan Terima Kasih”. Andaikan lagi, Ilmuwan C tertarik dengan organisme tersebut dan melakukan serangkaian percobaan terencana dan menemukan bahwa organisme tersebut bukan hanya patogenik terhadap binatang / tanaman percobaan tetapi juga terhadap manusia. Akhirnya sebuah tabel baru ditambahkan kedalam naskah, dan bagian hasil dan pembahasan kemudian direvisi, maka A, B, dan C kemudian menjadi autor. III. PELAKSANAAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH KOMPONEN ARTIKEL ILMIAH A. Perbedaan Format Dasar LPSTD Dengan Artikel Ilmiah Sebagaimana telah disampaikan di atas, artikel ilmiah memiliki format dasar atau komponen yang berbeda dengan LPSTD. Artikel ilmiah adalah bentuk ringkas dari LPSTD. Format baku bagian inti dari suatu artikel ilmiah, terkenal dalam sebutan berbahasa Inggris sebagai IMRaD, yang merupakan singkatan dari Introduction Pendahuluan, Materials and Method Bahan dan Metode, Results Hasil, and Discussion Diskusi atau Pembahasan. Pada sebagian jurnal, bagian Hasil digabungkan dengan Pembahasan, sebagai “Hasil dan Pembahasan”. Berikut adalah contoh dari format atau komponen bagian inti dari LPSTD. Latar Belakang Penelitian Rumusan Identifikasi Masalah Kegunaan Manfaat Penelitian Kajian Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kajian Tinjauan Pustaka Metodologi atau Bahan dan Metode Hasil dan Pembahasan ada yang memisahkan ada juga yang tidak Gambar 1. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kuantitatif Untuk LPSTD kuantitatif, mengubahnya menjadi artikel ilmiah adalah dengan cara menggabungkan kemudian meringkas Bab I dan Bab II menjadi bagian Pendahuluan, sementara untuk bagian lainnya tetap namun hanya diringkas saja. Latar Belakang Penelitian Fokus Penelitian atau Pernyataan Masalah Hasil dan Pembahasan ada yang memisahkan ada juga yang tidak Gambar 2. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kualitatif Sementara itu, untuk format baku bagian inti LPSTD kualitatif tidak banyak yang diubah, melainkan hanya menyingkatnya saja. B. Pemahaman Fungsi dan Tata Cara Penulisan Setiap Komponen Artikel Ilmiah Judul Judul adalah bagian pertama dari artikel ilmiah yang akan dibaca orang. Oleh karena itu, penulisan judul harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca artikel tertarik. Judul yang baik adalah judul yang terdiri atas sesedikit mungkin kata-kata namun dapat dengan tepat menggambarkan isi tulisan’. Kriteria judul yang baik adalah 1. Dapat dengan ringkas mengidentifikasikan masalah yang dilaporkan oleh tulisan. 2. Dapat mengidentifikasi tujuan dari penelitian yang dilaporkan dalam artikel. 3. Menarik, dalam arti dapat mempengaruhi pembaca untuk membaca seluruh artikel. 4. Judul artikel dibatas jumlah katanya, biasanya maksimum hanya 15 buah kata. Jika untuk memenuhi kaidah judul yang baik di atas diperlukan lebih dari 15 buah kata, maka itu artinya menandakan bahwa mungkin penulis sebaiknya memecah artikel tersebut menjadi lebih dari satu artikel ilmiah. Tidak perlu memaksakan agar semua informasi dipadatkan ke dalam sebuah artikel, sehingga untuk judulnya saja diperlukan jumlah kata yang banyak. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa satu penelitian LPSTD dapat ditulis menjadi beberapa artikel ilmiah. Dengan demikian, tidak selalu judul artikel ilmiah harus sama persis dengan judul LPSTD. Dari definisi tentang judul yang baik di atas, seseorang mungkin akan menafsirkan bahwa semakin sedikit jumlah kata suatu judul tulisan, semakin baik judul tersebut. Hal ini tidaklah selalu benar, karena judul yang pendek namun tidak cukup deskriptif juga berarti tidak baik. Sebagai contoh “Biologi Ulat Sutera”. Judul ini cukup pendek, namun sama sekali tidak deskriptif. Biologi itu sangat luas. Apakah yang dimaksud dengan biologi’ adalah tentang reproduksi, sistematik, atau lainnya. Kemudian, apakah yang dimaksud dengan ulat sutera, apakah Bombyx mori atau spesies lainnya? Selain itu, pada judul di atas Biologi Ulat Sutra, tidak baik untuk sebuah judul artikel ilmiah, namun lebih tepat merupakan judul payung penelitian, atau judul sebuah tulisan bahan pengajaran buku pelajaran yang akan mengupas berbagai hal yang berkaitan dengan biologi ulat sutera. Contoh lain Penghambatan antibiotik terhadap bakteri. Judul ini juga kurang baik, karena tidak jelas apakah penghambatan yang dimaksud adalah penghambatan terhadap semua jenis antibiotik atau hanya pada antibiotik tertentu saja? Semua jenis bakteri-kah atau hanya jenis bakteri tertentu? Mungkin akan lebih baik jika judul tersebut diubah menjadi misalnya “Penghambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas solanacearum oleh streptomycin secara in vitro”. Namun, perlu juga disadari bahwa panjangnya suatu judul bukan disebabkan oleh banyaknya materi yang ingin disajikan, namun lebih disebabkan oleh kelemahan si penulis artikel dalam memilih kata yang tepat. Si penulis mungkin terlalu royal dengan informasi yang tidak penting, yang tidak seharusnya dicantumkan di dalam judul. Sebagai contoh • “Pengaruh usahatani terapan dalam meningkatkan pendapatan petani dalam rangka swasembada pangan secara tumpang sari di Desa Kauman, Kecamatan Banyuasih, Kabupaten DT Singapura, Provinsi DT I Jawa Utara Suatu studi kasus”. • “Pengaruh aplikasi pupuk hayati inokulasi Azotobacter sp. dan mikoriza dan pupuk nitrogen terhadap serapan N,P dan dinamika populasi mikroba tanah Azotobacter sp., derajat infeksi akar serta hasil tanaman tomat Lycopersicon esculentum pada lahan marginal cultisols”. Jika ada artikel berjudul demikian, saya yakin calon pembaca sudah akan membatalkan niatnya untuk membaca artikel tersebut, sebagus apapun isi dari artikel tersebut. Untuk kedua judul artikel di atas, dapatkah Anda membuatnya lebih singkat tanpa harus kehilangan makna dan informasinya? Selain jumlah kata, dalam membuat judul yang baik, seorang penulis artikel harus pula dapat memilih kata dan menentukan urutan kata dengan tepat. Urutan kata yang salah akan dapat mengacaukan maksud yang ingin dicapai. Sebagai contoh “Pengaruh penggantian campuran dedak dan bungkil kacang kedele oleh bungkil biji kapok terhadap prestasi ayam broiler umur 4-8 minggu” Pada judul di atas, kata oleh’ sebaiknya diganti dengan kata dengan’, karena kata oleh’ lebih menunjukkan pelaku manusia yang menggantikan dedak dan bungkil kacang kedele dengan biji kapok. Selain itu, sudah tepatkah pemilihan kata prestasi’ bagi ayam broiler? Jadi pada judul di atas, pilihan kata kurang tepat. Contoh lain Pengaruh seleksi umur dalam terhadap periode pengisian biji dan hasil pada kedelai Dapatkah Anda mencari apa yang salah dari judul di atas dan mengoreksinya? Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat judul artikel ilmiah adalah 1. Jangan terlalu spesifik, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang akan mengerti judul tersebut. Di luar negeri, artikel yang judulnya terlalu spesifik akan langsung ditolak oleh Redaksi Jurnal. Ingat bahwa alasan penulisan artikel adalah penyebarluasan informasi seluas-luasnya. 2. Hindari penggunaan singkatan, terutama yang belum umum, karena singkatan dapat memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, sekalipun konteksnya mungkin sejalan dengan isi jurnal. Sebagai contoh “Pengaruh kegiatan KKN terhadap penghasilan petani Desa Cimarga”. Istilah KKN dalam judul tersebut apakah berarti kolusi, korupsi, dan nepotisme’ atau ketahanan dan keamanan negara’, atau kuliah kerja nyata’? 3. Hindari formula kimia, istilah kuno atau kata yang tidak umum. Judul artikel ilmiah terutama bidang eksakta dapat ditulis sebagai bungkus’ yang lebih menjelaskan tema penelitiannya tanpa menjelaskan hasil akhirnya, contohnya “Pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap hasil jagung di lahan kering.” atau dapat pula ditulis dalam redaksional lain, dengan menginformasikan hasil penelitiannya, contohnya “Pupuk kandang meningkatkan produksi jagung pada budidaya lahan kering”, atau “Pupuk kandang tidak mempengaruhi tingkat produksi jagung pada budiaya lahan kering” Beberapa jurnal ilmiah mengharuskan adanya judul pelari running title yang umumnya terdiri dari tiga lima kata. Penulisan Nama Autor Penulis dan Alamat Bagian kedua dari sebuah artikel ilmiah adalah Nama Diri penulis artikel dan alamat tempat penulis berafiliasi saat penelitian dilaksanakan. Beberapa hal berikut perlu dipahami oleh penulis artikel ilmiah 1. Tetaplah konsisten dalam menuliskan nama diri dari satu artikel ke artikel lainnya. Penulisan nama yang konsisten memiliki dua sisi penting, yaitu 1 tidak membingungkan orang ketika akan menyitir artikel Anda sebagai pustaka; dan 2 sebagai bukti bahwa anda adalah satu orang yang sama. Di Indonesia, orang sering tidak konsisten dalam menuliskan nama diri dalam tulisan ilmiah. Sebagai contoh, seseorang yang bernama Deliana Rima Susanti, dapat saja menuliskan namanya sebagai Deliana Susanti; D. Rima Susanti, atau kombinasi lainnya. Jika orang tersebut secara konsisten meneliti hal yang sama namun mempublikasikan artikel ilmiah dengan nama yang berlainan, maka orang akan bingung, apakah penulis artikel tersebut orang yang sama atau berlainan. 2. Jurnal ilmiah harus memenuhi kaidah internasional, termasuk penulisan nama. Artinya, suka atau tidak suka, nama belakang, baik berupa marga ataupun tidak sebaiknya jangan disingkat. Untuk contoh di atas, sebaiknya jangan pernah menggunakan nama Deliana karena nama akan membingungkan ketika harus ditulis dalam daftar pustaka. Nama belakang berupa singkatan pada contoh kasus di atas sebagai tidak dikenal dalam sistem penulisan nama. 3. Jika autor artikel lebih dari seorang, maka cantumkanlah siapa yang bertanggung jawab untuk komunikasi surat jika ada yang berminat menghubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang artikel tersebut. 4. Alamat yang dicantumkan menyertai nama autor adalah alamat tempat pelaksanaan penelitian yang artikelnya dilaporkan dan bukan tempat institusi bekerja para autornya. Jadi, jika artikel melaporkan hasil riset pascasarjana di Unpad, maka alamatnya harus alamat Unpad sekalipun penulis utamanya merupakan pegawai di tempat lain. Jika autornya sekarang sudah tidak lagi berada di tempat tersebut, maka hal itu biasanya diberitahukan sebagai catatan kecil di bagian lain dari artikel tersebut. 5. Tuliskanlah alamat sejelas-jelasnya, termasuk alamat surel, sehingga akan mempermudah orang lain yang ingin melakukan korespondensi. Salah satu tujuan mencantumkan alamat penulis adalah selain sebagai identitas diri contohnya adalah membedakan "Robert" yang bekerja di instansi A dengan 'Robert' yang bekerja di instansi B, adalah untuk keperluan komunikasi bagi yang berminat mendapatkan informasi tambahan tentang artikel tersebut. “Abstract”, “Abstrak”, dan “Kata Kunci” Setelah bagian Judul dan Nama Autor, maka bagian berikutnya yang akan dibaca orang dari suatu artikel ilmiah adalah Abstrak. Baik-buruknya sebuah Abstrak akan menentukan apakah pembaca akan membaca atau tidak bagian-bagian lain dari artikel tersebut. Abstrak atau Abstract dalam Bhs. Inggris adalah versi singkat sebuah artikel. Abstrak merupakan ringkasan dari setiap bagian inti sebuah artikel IMRaD. Oleh karena itu, sebuah Abstrak yang baik harus mengandung bagian yang berperan sebagai Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan, yang tentu saja harus ditulis secara ringkas. Karena Abstrak dianggap merupakan ringkasan dari sebuah artikel ilmiah, maka sistem kompilasi dan penyimpanan artikel secara eletronik contohnya Agricola, CAB Abstract, Websco, dll. hanya memuat bagian Abstrak dari suatu artikel. Perusahaan penerbit kumpulan abstrak tersebut mengasumsikan bahwa abstrak telah ditulis dengan baik dan merepresentasikan keseluruhan isi artikel. Dalam kata lain, Abstrak merupakan suatu ”petunjuk” bagi calon pembaca suatu artikel ilmiah, apakah perlu meneruskan membaca seluruh artikel atau cukup berhenti sampai bagian Abstraknya saja. Oleh karena itu, Abstrak harus ditulis dengan benar dan penuh ketelitian. Abstrak sebaiknya ditulis ketika seluruh naskah artikel selesai dibuat dan dibaca berulang-ulang. Jadi, jangan karena urutan letaknya berada setelah Judul dan Nama Autor, maka Abstrak ditulis lebih dahulu daripada bagian lainnya. Abstrak yang baik memiliki beberapa ciri, antara lain 1. Konsisten dengan isi artikel. Jangan sampai terjadi ada data atau pernyataan di dalam Abstrak berbeda dengan apa yang ditulis di dalam naskahnya. 2. Bersifat self explanatory cukup jelas dengan sendirinya, tanpa harus merujuk ke dalam naskahnya apalagi ke daftar pustaka. Sebagai contoh, kata-kata demikian tidak baik dimunculkan di dalam abstrak “........faktor-faktor dominan yang menentukannya, akan dibahas lebih jauh dalam artikel lengkapnya” ”..... Hasil menunjukkan bahwa ditemukan faktor X yang tepat untuk peningkatan hasil” 3. Karena merupakan “versi ringkas” dari artikel, maka Abstrak harus mengandung a alasan mengapa eksperimen dilakukan rasionalisasi dan justifikasi; b tujuan eksperimen; c. metode eksperimen; d hasil; dan e kesimpulan. 4. Tidak berisi grafik, tabel, atau pengacuan pustaka. 5. Jumlah kata umumnya tidak melebihi 150 kata bahasa Indonesia dan 100 150 kata bahasa Inggris , dan sebaiknya merupakan 1 paragraf. 6. Tidak merujuk atau berisi tabel, gambar, dan daftar pustaka. Persamaan, formula, dan singkatan juga kurang baik ditampilkan di dalam Abstrak. 7. Sampai batas tertentu, abstrak sering mengulang kata-kata yang terdapat di dalam artikel. Mengenai dibatasinya jumlah kata, banyak dikeluhkan oleh para ilmuwan bidang ilmu sosial. Demi mencapai “kejelasan”, maka jumlah kata terpaksa bertambah. Hal ini nampaknya lebih merupakan suatu ketidaksiapan dalam memilih kata, karena rata-rata artikel berbahasa Inggris dalam bidang ilmu sosial lihat American Journal of Agricultural Economics dan Journal of Agribussiness ternyata dapat menyajikan Abstract yang ringkas dan padat. Berikut adalah anatomi dari salah satu contoh abstrak yang baik Responses of barley cultivars and lines to isolates of Pyrenophora teres A Douiyssi, DC Rasmusson, and AP Roelfs Plant Disease, 1998 Penerjemahan dan pemaragrafan dimaksudkan untuk memperjelas bagian-bagian abstrak Net blotch, yang disebabkan oleh Pyrenophora teres, merupakan salah satu penyakit daun yang sangat merugikan pada tanaman barley di seluruh dunia. Informasi mengenai reaksi varietas lokal, galur harapan unggul, dan variabilitas patogen mutlak diperlukan dalam mengembangkan suatu program pemuliaan untuk mendapatkan varitas resisten. Reaksi dari 38 galur barley terhadap 15 isolat P. teres telah dilakukan pada stadia bibit di rumah kaca dan hasilnya kemudian diuji di tiga lokasi di Maroko. Tidak ditemukan adanya galur yang resisten terhadap semua isolat patogen. Variabilitas patogen sangat tinggi karena tidak ada satu isolat pun yang identik. Untuk setiap isolat yang diuji, suatu aras resisten yang tinggi ditemukan pada satu atau beberapa galur. General adult resistance dijumpai sebagai respon terhadap isolat I-1, sementara general seedling resistance ditemukan terhadap isolat I-14. Resistensi dewasa tidak dijumpai pada stadia bibit pada 9 galur terhadap isolat I- 1. Hasil pengujian stadia bibit tidak konsisten dengan hasil pengujian stadia dewasa, sehingga mengurangi manfaat uji stadia bibit. Resistensi lapang varitas resisten dan medium resisten Heartland, Minn7, CI 2333, dan CI 2549 konsisten pada seluruh lokasi eksperimen. Adanya variabilitas pada P. teres dan tidak adanya galur yang resisten terhadap semua isolat mengindikasikan bahwa strategi pemuliaan tanaman harus menekankan terhadap piramidisasi gen-gen resistensi. Dalam menulis abstrak/abstract, walaupun jurnal yang kita tuju tidak meminta dibuat dalam format seperti contoh diatas sebagian besar jurnal internasional justru sekarang memintanya, penulis anjurkan agar tetap menggunakan pola seperti di atas. Hal ini dimaksudkan agar abstraknya ditulis dengan benar. Jika kemudian naskah selesai dibuat, maka kita hanya tinggal menghapus bagian-bagian tersebut sehingga abstraknya menjadi sesuai dengan petunjuk penulisan artikelnya. Abstract Abtsract merupakan bagian yang paling kurang mendapat perhatian serius dari penulis artikel di Indonesia., bahkan tesis dan disertasi pun, Abstract-nya banyakyang tidak benar. Banyak yang masih menterjemahkan kata demi kata ke dalam Bhs. Inggris. Kita memang bukan penulis / calon penulis artikel yang beribu-bahasa bhs. Inggris. Hanya sebagian dari kita yang mampu menguasai penulisan bahasa Inggris secara baik dan benar. Namun tetap saja kita dituntut untuk dapat menulis abstract yang baik. Beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam membuat Abstract adalah 1. Pada prinsipnya aturan menulis abstrak dalam bhs. Indonesia sama dengan penulisan “Abstract” 2. Untuk bagian “rasionalisasi”, gunakan “present tenses”. Untuk bagian-bagian lainnya, gunakan “past tenses”. 3. Jangan lupa atau malu untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris lebih baik. Kata Kunci /Key words Abstrak biasanya dilengkapi dengan “kata kunci” atau “key words”, yaitu sekumpulan kata-kata yang merupakan penciri atau kata penting yang dapat mengenali artikel yang dimaksud. Jika redaksi jurnal meminta, seorang penulis wajib memilih beberapa buah kata kunci yang akan digunakan biasanya dalam penyortiran secara cepat dengan komputer tentang topik penelitian atau pembahasan dari artikel tersebut. Pemilihan kata kunci mutlak menjadi tanggung jawab autor, karena hanya autorlah yang tahu kata-kata apa saja yang dianggap penting untuk mencirikan suatu artikel. Jadi jangan coba-coba menyerahkan pemilihan kata kunci kepada Redaksi karena kalau memang diwajibkan untuk menyertakan kata kunci dan Anda tidak memenuhinya akan menyebabkan naskah Anda ditolak mentah-mentah. “Pendahuluan” Suatu artikel ilmiah harus dimulai dengan mengemukakan suatu permasalahan secara jelas. Dalam bagian Pendahuluan, autor harus menjelaskan konsep atau hasil riset sebelumnya yang mendasari dilakukannya eksperimen yang akan dilaporkannya, antara lain dengan merujuk kepada pustaka atau teori yang telah terbit sebelumnya. Namun hal ini bukan berarti bahwa bagian pendahuluan harus merupakan suatu review telaahan yang ekstensif tentang permasalahan tersebut.. Pengacuan pustaka harus hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan artikel yang ditulis. Tidak perlu menyediakan acuan yang berlebihan dan terlalu panjang untuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya permasalahan tersebut.. Tujuan dari Pendahuluan adalah menyediakan informasi latar belakang yang cukup sehingga dapat membuat pembaca mengerti tentang mengapa permasalahan tersebut dianggap penting untuk dipilih sebagai topik eksperimen/penelitian artikel tersebut. Dalam kata lain, Pendahuluan sekalipun jangan terlalu panjang namun haruslah meliputi 1. Pernyataan singkat mengenai masalah yang diteliti untuk menjustifikasi dilakukannya riset/eksperimen, atau hipotesis yang mendasarinya. Jelaskan mengapa subyek tersebut dipilih dan mengapa subyek tersebut dianggap penting. 2. Penjelasan tentang temuan orang lain yang ingin dibuktikan atau dimodifikasi. 3. Penjelasan tentang tujuan umum dari dilakukannya eksperimen. 4. Bagian akhir dari Pendahuluan haruslah menyatakan apa yang menjadi tujuan dari artikel atau eksperimen yang dilaporkan. “Bahan dan Metode” Artikel ilmiah sebenarnya adalah sebuah tulisan yang melaporkan tentang telah ditemukannya suatu pengetahuan baru’ sebagai hasil dari penelitian atau eksperimen yang dilakukan oleh autor. Temuan baru ini harus telah teruji kebenarannya. Suatu artifact’ atau hasil temuan yang diperoleh secara kebetulan, tidak selayaknya dikatakan sebagai suatu ilmu pengetahuan’, karena tidak /belum tentu memenuhi kriteria sebagai suatu hasil yang reproduceable. Oleh karena itu, jurnal ilmiah luar negeri biasanya mensyaratkan bahwa data yang ditampilkan dalam artikel harus merupakan hasil dari eksperimen yang telah diulang bukan hanya perlakuannya yang diulang, misalnya data yang ditampilkan merupakan data dari paling tidak dua kali eksperimen, atau satu eksperimen namun memiliki ulangan atau sampel yang representatif sering jauh lebih banyak daripada batas minimum yang ditentukan. Layak tidaknya data yang ditampilkan umumnya merupakan tugas utama seorang editor atau Dewan Redaksi Pakar, dan bukan tanggung jawab Redaksi Pelaksana. Kejelasan clarity merupakan syarat utama dari suatu artikel ilmiah yang baik. Oleh karena itu, bagian Bahan dan Metode yang digunakan di dalam melaksanakan suatu eksperimen, haruslah ditulis dengan sejelas mungkin, sehingga jika orang lain yang berkompeten mengulang riset yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama pula penelitian haruslah repeatable dan data hasil penelitian haruslah reproduceable. Orang yang berkompeten adalah orang yang memiliki latar belakang kemampuan atau bidang ilmu yang relatif sama. Beberapa kiat untuk menguji apakah bagian Bahan dan Metode dari naskah artikel kita sudah jelas atau belum 1. Cobalah rekan se-laboratorium untuk membaca bagian tersebut, dapatkah rekan tersebut mengikuti alur pelaksanaan penelitian kita? 2. Dalam menjelaskan secara detil, cobalah jawab pertanyaan berikut a Apakah pembaca umumnya sudah mengenal metode yang saya lakukan? b Apakah detil dari metode yang dilakukan berperan penting dalam eksperimen saya? 3. Jika bahan yang digunakan cukup banyak, maka tampilkan bahan-bahan tersebut dalam tabel khusus atau kalau perlu, jelaskan dengan gambar/diagram. Bahan yang dimaksud misalnya adalah nama-nama isolat mikrob, judul buku-buku yang dikaji, nama varietas yang diuji, dan sebagainya. 4. Jangan menyebut satu per satu bahan eksperimen sebagaimana mahasiswa melakukannya dalam menulis skripsi, tetapi rangkaikanlah urutan pekerjaan menjadi suatu kalimat/paragraf yang menceritakan bagaimana bahan-bahan tersebut digunakan di dalam eksperimen/riset. 5. Jika Metode yang digunakan meniru dari apa yang sudah dilakukan orang, maka pencantuman referensi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Jika suatu teknik yang digunakan sudah sangat dikenal, dapat saja kita hanya dengan menyebutkan nama teknik tersebut. Sedangkan jika metode yang digunakan adalah metode ciptaan sendiri sesuatu yang jarang sekali terjadi dalam riset ilmiah zaman modern ini, maka rincian secara detil merupakan suatu hal yang mutlak harus dijelaskan dalam artikel. 6. Dalam menyebutkan bahan percobaan, spefisikasi teknis, kuantitas, sumber perolehan, dan metode penyiapan bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen, harus dijelaskan secara detil. Jika suatu produk komersil digunakan, berikan nama dan alamat perusahaan produsennya di dalam kurung setelah produk tersebut ditulis. Dalam beberapa artikel ilmiah sering dijumpai penulis yang hanya mengatakan bahwa contohnya “………… metode penelitian dilakukan menurut Metode Dixon 1985” Cara ini dianggap kurang jelas. Setelah kalimat di atas, seharusnya diikuti dengan penjelasan bagaimana metode Dixon tersebut dilakukan. Hal ini penting karena belum tentu semua pembaca mampu mendapatkan kepustakaan yang menjelaskan secara detil bagaimana melakukan metode Dixon tersebut. Dengan menjelaskannya, maka kita menjadi sumber kepustakaan tentang metode Dixon tersebut, jika seandainya pustaka aslinya sulit diperoleh. Mulailah proses penulisan bagian Bahan dan Metode pada saat penelitian masih berlangsung, karena pada saat itu, biasanya ingatan kita masih segar tentang bagaimana riset tersebut kita laksanakan. Hal ini penting dilakukan karena sering, naskah artikel ilmiah ditulis berselang 1-2 tahun setelah selesainya pelaksanaan penelitian sehingga catatan tentang bahan dan metodenya sering sudah tidak lagi tersedia. “Hasil” Tergantung dari style suatu jurnal ilmiah, bagian Hasil’ ada yang dipisahkan dari, dan ada pula yang disatukan dengan bagian Pembahasan’. Bagian “Hasil” merupakan bagian artikel yang bertujuan untuk menyampaikan informasi baru hasil temuan dari eksperimen / riset yang telah kita lakukan. Terdapat kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis artikel ilmiah dalam membuat bagian Hasil’ ini, yaitu banyak penulis yang mengulang-ulang pernyataan dari apa yang sudah jelas tertuang dalam gambar dan grafik. Jika tabel dan gambar telah dipersiapkan dengan benar dan baik, maka hasil dan desain eksperimen juga pasti sudah nampak jelas. Oleh karenanya, tabel, grafik, dan ilustrasi lainnya dalam bagian Hasil ini haruslah dengan jelas menggambarkan data eksperimen. Data yang sudah ada dalam tabel, gambar, grafik dan ilustrasi lainnya jangan diulas panjang lebar di dalam teks. Hanya temuan yang bermakna significant dan yang berkorelasi dengan tujuan eksperimen saja yang ditonjolkan. Tidak perlu semua data ditampilkan. Ingatlah pepatah Powell, 1888 yang menyatakan bahwa “orang bodoh bekerja mengumpulkan data, hanya yang bijaksana yang dapat memilih-milihnya” dan membuatnya menjadi bermakna, Tarkus Suganda. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menutup-nutupi jika terdapat kelemahan di dalam eksperimen kita. Hal-hal negatif yang mungkin timbul dari eksperimen yang kita lakukan juga harus mendapat tempat untuk dibahas dalam bagian “Hasil”. Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap eksperimen harus dinyatakan secara tegas di dalam teks. Hasil-hasilnya harus dikaitkan satu sama lain, oleh karenanya, banyak jurnal yang menggabungkan bagian Hasil dengan Diskusi/Pembahasan. Membuat Ilustrasi Yang Efektif Ilustrasi dalam manuskrip/naskah artikel ilmiah dapat berupa foto, gambar, grafik, atau tabel. Foto, kecuali kalau sangat penting, biasanya tidak dianjurkan karena harus memenuhi persyaratan yang ketat, antara lain harus dicetak pada kertas glossy, sebaiknya hitam putih, dibuat dalam halaman terpisah, dan sebagainya. Selain itu, perlu diingat pula bahwa biaya pencetakan foto sangat mahal. Dalam membuat ilustrasi, janganlah mengada-ada. Jika hasil yang ingin disampaikan dapat dikemukakan dalam kalimat sederhana, jangan gunakan tabel atau grafik. Contoh, perhatikan gambar di bawah ini. Data diatas sebenarnya dapat dinyatakan sebagai kalimat sederhana dan ringkas “..... kecepatan reaksi larutan yang diteliti mencapai maksimal pada pH 8”. Selain tidak efisien, contoh gambar di atas merupakan contoh yang buruk tentang ilustrasi, karena 1. Gambar grafiknya bersifat terbuka 2. Tidak mencantumkan satuan dari aksis dan ordinat 3. Belum ada judulnya Kapan Memilih Grafik, Kapan Memilih Tabel? • Jika yang ingin ditampilkan adalah “trend” atau kecenderungan perkembangan dari data, maka pilihlah grafik; • Jika data berupa angka “mati”, tampilkan dalam tabel; • Tabel lebih murah dan mudah dibandingkan dengan grafik; • Pada grafik, jika nilai tertinggi pada absis adalah 78, maka angka tertinggi gunakan 80. Jika menggunakan 100 terutama jika dalam persen, maka grafik akan jadi kecil dan banyak ruang kosong; • Pada grafik, tidak perlu semua titik pada absis di”tandai” karena akan menyebabkan grafik menjadi sangat penuh. • Gunakan huruf keterangan absis dan ordinat minimum berukuran 14 • Gunakan simbol yang umum dipakai • Hindari grafik yang menggunakan warna-warna. Karena jurnal tidak dicetak berwarna-warni, maka grafik sebaiknya dapat dikenali perbedaannya berdasarkan tanda-tanda bukan dengan warna. Judul Ilustrasi • Ilustrasi tabel, grafik, dll harus dapat menjelaskan dengan sendirinya self explanatory. Jangan sampai untuk memahami ilustrasi pembaca harus merujuk pada teks • Di dalam membuat judul ilustrasi, janganlah menyebut kata grafik’ untuk ilustrasi berupa grafik, atau kata tabel’ untuk ilustrasi berupa tabel. Pembaca jurnal bukan orang bodoh yang tidak tahu membedakan grafik dari tabel. Semua orang tahu mana yang namanya grafik, tabel, atau kurva. • Tekankan pada “peristiwa” atau “proses” yang ingin ditonjolkan dengan menampilkan ilustrasi tersebut. • Kalau tanpa ilustrasi artikel sudah cukup jelas, maka jangan memaksakan menampilkan ilustrasi, karena biaya ilustrasi cukup mahal. Sebaliknya, jika tulisan kita sulit dimengerti dan ternyata ilustrasi jauh lebih dapat menjelaskan maksudnya, maka ilustrasi adalah suatu keharusan. “Pembahasan” atau “Diskusi” Di dalam bagian “Diskusi” autor berkersempatan untuk membandingkan hasil dari eksperimen yang dilakukan dengan ilmu yang sudah ada. Suatu temuan hanya dapat dikatakan sebagai suatu “ilmu pengetahuan” jika temuan tersebut telah dipublikasikan ke khalayak secara ilmiah. Hal-hal penting dari temuan eksperimen yang dilakukan kemudian akan dikelompokan ke dalam “Kesimpulan”. Oleh karena itu, dalam banyak jurnal “Diskusi” disebut sebagai “Pembahasan”. Bagian Diskusi menafsirkan data yang ditampilkan dalam bagian Hasil, yang dikaitkan dengan masalah, pertanyaan, atau hipotesis yang ditampilkan di dalam bagian Pendahuluan. Suatu diskusi yang baik akan terdiri dari 1. Prinsip-prinsip, hubungan, dan generalisasi yang didukung oleh data hasil eksperimen 2. Kekecualian, ketiadaan korelasi, dan definisi dari hal-hal yang belum baku, kesenjangan pengetahuan, dan hal-hal yang memerlukan suatu penyelidikan lanjutan 3. Penekanan pada hasil dan kesimpulan yang baik setuju maupun tidak setuju dengan hasil-hasil pengamatan lain 4. Implikasi praktis maupun teoritis 5. Kesimpulan, dengan ringkasan bukti-buktinya Bagian Diskusi, jika tidak digabungkan dengan bagian Hasil, jangan merekapitulasi hasil, tetapi harus mendiskusikan arti dari hasil yang diperoleh. Pembaca harus diberi penjelasan bagaimana hasil eksperimen memberikan suatu jawaban terhadap permasalahan yang dinyatakan dalam bagian Pendahuluan atau yang dinyatakan dalam tujuan eksperimen. Pekerjaan kita harus dikaitkan dengan pekerjaan yang dilaporkan sebelumnya, dan jelaskan mengapa hasilnya sama atau berbeda. Spekulasi tentang fenomena yang muncul dalam riset yang dilaporkan dianjurkan untuk dilakukan namun tetap harus beralasan, dan harus dapat dibuktikan. Harus pula dapat diidentifikasi terpisah dari bagian Diskusi dan Kesimpulan. Jika hasil eksperimen berbeda dengan hasil sebelumnya karena sesuatu sebab yang tidak diketahui, penjelasan yang beralasan harus diberikan. Hasil yang kontroversi harus didiskusikan secara jelas dan jujur. Kesalahan umum lainnya dari penulis artikel yang belum terlatih adalah menyajikan data tanpa menjelaskan apa manfaat dari data yang ditampilkan tersebut. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai menampilkan what, tanpa menyebutkan why, how, atau so what-nya. “Ucapan Terima Kasih” / “Sanwacana” Acknowledgment Bagian ini adalah bagian untuk mengungkapkan rasa terima kasih terhadap perorangan atau kelompok lainnya atas bantuan, saran, biaya yang telah diterima selama pelaksanaan eksperimen maupun selama penulisan artikel. Bagian ini biasanya ditempatkan setelah “Diskusi” sebelum “Daftar Pustaka”. Sebagai manusia, peneliti tidak mungkin lepas dari bantuan orang lain, apalagi dalam melaksanakan penelitian dan menulis artikel ilmiah. Maka, sudah sewajarnya, penulis artikel mengucapkan terima kasih kepada fihak-fihak yang telah membantunya, sekalipun bagian “Ucapan Terima Kasih” ini boleh ada boleh juga tidak ada dalam suatu artikel ilmiah. Dalam bagian ini, autor berkesempatan mengucapkan terima kasih kepada “Pelaksana Penelitian” yang biasanya diekspresikan sebagai “...... atas bantuan teknisnya”, dan kepada “Mereka yang membantu menerangkan mengapa dan bagaimana tentang data kita” yang biasanya diekspresikan sebagai “......atas diskusinya”. Penelitian umumnya didanai oleh fihak penyandang dana, dan jarang sekali yang didanai oleh uang si peneliti sendiri. Bagian sanwacana ini disediakan untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada mereka yang membantu mulai dari konsep penelitian sampai proses penulisan artikel. Menuliskan “Referensi” di Dalam Naskah Mencantumkan referensi di dalam naskah jurnal ilmiah merupakan suatu keharusan’. Tanpa mencantumkan kepustakaan, maka Anda dapat dikategorikan sebagai plagiat, yang merupakan status terhina bagi seorang ilmuwan. Terdapat berbagai cara menuliskan referensi di dalam naskah. Setiap jurnal memiliki gaya style masing-masing. Menurut O’Connor 1978 dari 52 jurnal ilmiah internasional, ternyata terdapat 33 style yang berbeda, atau hampir berarti bahwa tidak ada dua jurnal yang memiliki gaya penulisan referensi yang sama. Oleh karena itu, tidak ada cara lain selain harus mempelajari dengan seksama bagaimana gaya dari jurnal yang akan dikirimi naskah. Secara garis besar, perhatikan hal-hal berikut • Cantumkan hanya referensi yang benar-benar ada kaitannya dengan isi eksperimen. • Cantumkan hanya referensi yang sudah dipublikasi. • Sekalipun diperbolehkan, minimalkan pencantuman referensi yang berupa o skripsi, tesis, disertasi; o abstrak; o data yang belum dipublikasikan; o in press; o komunikasi pribadi. Jika referensi yang belum dipublikasi tersebut sangat penting, sebaiknya cantumkan dalam teks. • Cek cara penulisan, apakah style-nya sudah sesuai dengan jurnal sasaran? • Jika referensinya bahasa asing, contoh Johanssen and Martin 1996, jangan merubahnya menjadi “Johanssen dan Martin 1996. • Sekarang, banyak jurnal mengganti kata dan’ atau and’ dengan simbol &’ yang bersifat universal. Secara singkat, perihal penulisan referensi ini sekali lagi, ikuti secara ketat Petunjuk Penulisan Artikel dari jurnal yang kita tuju. Menyingkat Nama Jurnal Menyingkat nama jurnal tidak dapat dilakukan sembarangan. Jurnal yang baik biasanya mencantumkan bagaimana nama jurnal mereka disingkat. Terdapat suatu konsensus internasional dalam menyingkat nama jurnal, dan biasanya mengikuti suatu daftar khusus penyingkatan nama jurnal Official list of journal titles abbreviation. Secara umum, jika nama jurnal terdiri dari satu suku kata, maka umumnya tidak pernah disingkat. Contohnya Phytopathology; Phytophilactica, dll. Jika nama jurnal lebih dari satu kata, contohnya Plant Disease, maka umumnya disingkat menjadi Plant Dis., Journal of Tropical Agriculture biasanya disingkat menjadi J. Trop. Agric., dan lain-lain. Mempersiapkan Daftar Pustaka Daftar Pustaka adalah daftar yang lengkap memuat semua referensi tercetak yang dijadikan acuan dalam artikel yang ditulis. • Gaya penulisannya juga bervariasi dari jurnal ke jurnal. • “komunikasi pribadi” dan “data belum dipublikasikan” hanya boleh ditulis di dalam teks dan tidak ada di Daftar Pustaka. Biasanya ditulis di dalam tanda kurung. • Jika ada referensi yang disebut dalam naskah tapi tidak ada dalam Daftar Pustaka, maka editor jurnal dapat menolak naskah. • Hati-hati dengan salah ketik, baik nama maupun judul referensi. Kesalahan pengetikan akan diartikan kita dianggap tidak memiliki atau tidak membaca referensi aslinya. Editor tidak akan dapat membantu merevisi kesalahan ketik dalam Daftar Pustaka. • Kiat agar penulisan Daftar Pustaka lengkap • Buat daftar sebagai tahaf penulisan naskah paling akhir. • Baca naskah dari awal sampai akhir, lalu tulis semua referensi yang ditemui dalam naskah dalam suatu daftar. • Gunakan daftar tersebut untuk menyusun Daftar Pustaka. • Sebenarnya, sekarang sudah tersedia berbagai perangkat lunak manajemen pangkalan data kepustakaan, misalnya Endnote dan Mendeley, yang secara otomatis menyusun Daftar Pustaka sesaat kita memasukkan sebuah kepustakaan ke dalam naskah. IV. PENUTUP Teori, sebagus apapun tidaklah akan ada manfaatnya kecuali jika disertai dengan praktik. Menulis artikel ilmiah, setelah mengetahui teorinya, membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang terus-menerus. Kalau Anda sudah terlatih sabar, tekun dalam melaksanakan riset, maka Anda dapat menerapkan hal yang sama dalam menulis artikel ilmiah. Selain berlatih, rajin membaca dan menyimak artikel-artikel ilmiah, terutama dari jurnal-jurnal yang berbobot akan meningkatkan kepekaan kita tentang bagaimana suatu artikel ilmiah seharusnya ditulis. Sebagaimana dalam melaksanakan penelitian, pepatah bahwa “untuk mendapatkan anak ayam, kita tidak dapat memperolehnya dengan memecahkan telur, tetapi harus melalui proses pengeraman yang membutuhkan waktu dan kesabaran”, demikian pula dalam berlatih menjadi penulis artikel ilmiah yang baik. Jika Anda selesai menulis suatu draft artikel ilmiah, maka berhentilah memikirkannya selama 2-3 hari. Kemudian bacalah kembali ketika Anda sudah memiliki waktu senggang, maka Anda akan menemukan betapa masih banyaknya kekurangan draft tersebut. Perbaikilah kembali, dan lakukan lagi hal yang sama sampai kemudian Anda merasa puas. Kemudian cobalah rekan sejawat untuk membaca naskah Anda, dapatkah ia memahaminya? BUKU ACUAN American Society of Agronomy. 1988. Publications Handbook and Style Manual. ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 92 pp. American Society of Agronomy. 1998. Publications Handbook and Style Manual. ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 154 pp. Committee on Graduate Training in Scientific Writing, 1989. Scientific Writing for Graduate Students. 5th ed. Council of Biology Editors, Inc. 187 p. Day, 1988. How to Write and Publish a Scientific Paper. 3rd ed. Oryx Press. Phoenix, AZ. 211 p. Lester, 1987. Writing Research Papers, a Complete Guide. 5th ed. Scott, Foresman and Co. Glenview, IL. 281 p. Rifai, 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Gadjah mada Univ. Press. Yogyakarta. -tsg- ... kata. Di samping itu, tidak semua hal yang dipaparkan dalam skripsi juga dijelaskan di dalam artikel, hanya beberapa bagian yang dianggap penting dengan asumsi bahwa pembaca sudah memiliki pengetahuan sebelumnya tentang topik yang dibahas Tarkus, 2014. Pada daftar pustaka skripsi, semua referensi yang dibaca saat penyusunan dituliskan, sedangkan pada artikel ilmiah hanya tulisan yang dirujuk yang dicantumkan di daftar pustaka sehingga jumlahnya tidak sebanyak skripsi. ...Final-year students encounter problems in converting their thesis into scientific articles as one of the requirements from Ministry of Higher Education to graduate from university. This community service aimed at providing understanding to final-year students about writing scientific articles which are from their theses, how to use referencing manager, such as Mendeley and how to submit research article in scientific journal using OJS. The participant of this activitiy was the final-year students and fresh graduates of English Education Department, Faculty of Tarbiyah dan Teaching Science, UIN Alauddin Makassar. The method used in this activity named ’training’ by applying The Training Cyrcle approach. The training was held in four steps, they were identifying training needs, deciding the aims and planning of training, the implementation of training and evaluation. The result showed that the participants were enthusiastic in taking part in this training since the materials met their needs. Meanwhile, after the training, the students are able to understand to convert their theses into scientific articles, use referencing manager and make an account as well as submit their articles in journals using OJS.... Walaupun memiliki kadar ilmiah, pada dasarnya, skripsi, tesis, dan disertasi LPSTD belum dapat dikategorikan sebagai karya publikasi ilmiah, karena pada dasarnya LPSTD adalah karya ilmiah yang "tidak dipublikasikan". Oleh karena ada slogan di dunia akademik bahwa "suatu penelitian belumlah dianggap selesai kecuali jika hasilnya telah dipublikasikan secara luas Tarkus, 2014. ...Wahid Wachyu Adi WinartoTujuan program peningkatan minat menulis karya tulis ilmiah ilmiah mahasiswa adalah untuk meningkatkan kompetensi dalam karya tulis ilmiah dan membantu dalam meningkatkan perkembangan ilmu dan pengetahuan di Indonesia. Program melibatkan mahasiswa-mahasiswa baru yang masih awam mengetahui karya tulis ilmiah. Kegiatan ini menjadi solusi bagi permasalahan mahasiswa yaitu kurang pengetahuan dalam hal penulisan karya tulis ilmiah, sehingga kegiatan program dapat menjadi solusi peningkatan kompetensi mahasiswa baru dalam menulis karya tulis ilmiah yang nantinya dapat di publikasikan pada jurnal ilmiah nasional. Pada akhir program mahasiswa memili kemampuan terhadap karya tulis ilmiah mahasiswa, diantaranya pengetahuan jenis-jenis karya tulis ilmiah, jenis-jenis tugas karya tulis ilmiah dan jenis-jenis prilaku yang dilarang dalam penulisan karya tulis.... Ada beberapa jenis artikel ilmiah yang dapat dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah, yakni artikel ilmiah primer melaporkan hasil penelitian si penulis artikelnya sendiri, artikel ilmiah review atau kupasan si penulisnya mengupas berbagai artikel yang sejenis dan meramunya menjadi artikel baru secara komprehensif, book review, surat kepada Editor jurnal letter to editor, komunikasi singkat short report, laporan perdana first report, dan lain-lain Suganda, 2014. ...... Penulisan karya ilmiah tidak cukup berhenti sampai menghasilkan sebuah tesis saja, namun bagaimana bisa terpublikasi melalui seminar atau jurnal ilmiah Suganda, 2014. Selanjutnya, bagaimana proses dari ide, menulis karya ilmiah hingga bisa dipublikasikan? ... Muhammad FaridGenerating a scientific article is a process from finding ideas to publication in order to be accessible to the public. A student is not sufficiently stalled to produce a paper at the end of his studies or the researcher ends up being a research report, but is expected to publish it in the form of scientific articles through conference and or scientific journals. Understanding the writing process, writing format and information about scientific publications will help facilitate the publication of the intended conferences or Pengembangan Keprofesional Berkelanjutan PKB bertujuan untuk mengembangkan profesionalitas guru. PKB dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru untuk mencapai standar kompetensi profesi dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesinya yang sekaligus berimplikasi kepada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Salah satu hal yang menjadi bagian dari PKB adalah publikasi ilmiah. Saat ini, guru masih kesulitan dalam menulis artikel ilmiah hasil penelitian yang memenuhi syarat publikasi ilmiah dalam sebuah jurnal ilmiah. Hasil survey terhadap guru-guru IPA di Kabupaten BengkuluTengah, hanya guru yang pernah mengirimkan artikel ilmiah ke sebuah jurnal ilmiah. Berdasarkan hasil tersebut, dilaksanakan pengabdian yang bertujuan untuk 1 menambah pengetahuan guru-guru IPA di Kabupaten Bengkulu Tengah mengenai penulisan artikel ilmiah dalam jurnal dan 2 meningkatkan motivasi guru-guru IPA di Kabupaten Bengkulu Tengah untuk menulis artikel ilmiah dalam jurnal. Hamdan Husein BatubaraBuku ini hadir untuk memberikan tuntunan praktis dan sistematis kepada pendidik dan calon pendidik dalam membuat aneka media pembelajaran digital. Garis besar materi buku ini meliputi pemilihan media pembelajaran digital, penggunaan email, Google Drive, Youtube, blog, Quizizz, dan Google Forms, teknik mengolah gambar digital, membuat grafik, mindmap, dan komik digital. Selanjutnya, buku ini juga menjelaskan tentang teknik menggunakan program PowerPoint secara optimal, teknik membuat video pembelajaran, teknik membuat multimedia interaktif berbasis Android, teknik mengelola sistem pembelajaran daring, teknik melaksanakan penelitian dan pengembangan media pembelajaran, serta teknik menulis serta memublikasikan artikel ilmiah. Penjelasan materi buku ini juga didukung dengan video tutorial yang bisa diakses secara daring melalui kanal Youtube Hamdan Husein Batubara’. Dengan mempelajari isi buku ini, Anda akan menyadari bahwa membuat media pembelajaran digital itu ternyata tidak Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah IndonesiaM A RifaiRifai, 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Gadjah mada Univ. Press. Yogyakarta. -tsg-
Merupakanalasan mengapa peneliti harus mengambil penelitian ini untuk diteliti olehnya. Suatu gejala atau peristiwa tertentu yang tampak dapat dijadikan suatu latara belakang permasalahan. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul tersebut, kemudian dapat diidentikasi berbagai macam masalah lain yang timbul.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tentunya kita semua tidak asing lagi mendengar kata karya ilmiah bukan?, atau bahkan kita semua sudah pernah menulis sebuah karya ilmiah. Contoh karya ilmiah yang sering kita tulis adalah makalah, mungkin diantara kalian semua ada yang sudah pernah menulis skripsi, tesis, disertasi atau karya ilmiah lainnya. Namun, tahukah kalian apa itu arti karya ilmiah yang sesunggunya?. Tapi tunggu dulu setelah teman-teman membaca artikel ini, jangan lupa berikan tanggapannya ya..langsung saja berikut penjelasannyaApa yang dimaksud dengan karya ilmiah? Sebenarnya karya ilmiah sendiri merupakan sebuah karya berupa tulisan, yang setiap proses pembuatanya menggunakan hal-hal yang bersifat ilmiah. Seperi yang unkapkan oleh Arifin 19871 yang mengartikan karya ilmiah sebagai karya tulis yang disusun dengan mempergunakan metode ilmiah metode yang didalamnya memuat langkah-langkah pengorganisasian gagasan melalui pemikiran yang konseptual dan prosedural. Apa itu Ilmiah dan Mengapa HARUS Ilmiah?Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmiah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat kaidah ilmu pengetahuan. Jadi sesuatu yang bersifa ilmiah itu, semua yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, yang pastinya harus logis, sistematis, objektif, dan mengapa harus ilmiah? Yang pastinya semua karya ilmiah HARUS ilmiah, karena sebuah karya ilmiah harus bersifat LOGIS, maksudnya adalah agar sebuah karya ilmiah bisa diterima secara akal. Kemudian SISTEMATIS, sebuah karya ilmiah agar bisa dipahami maka karya itu harus sistematis atau berurutan. OBJEKTIF, jadi sebuah karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta yang ada agar sebuah karya ilmiah bersifat EMPIRIS, yakni sebuah karya ilmiah bisa dibuktikan bedanya antara karya ilmiah dan karya tulis lainnya? Berbeda dengan karya tulis lainnya, karya ilmiah lebih banyak memuat fakta atau teori-teori para ahli, selain itu karya ilmiah sebelum memulai penulisannya diawali dengan penelitian-penelitian ilmiah, yang kemudian hasil penelitian tersebut yang menjadi bahan tulisan. Dibandingkan dengan karya tulis lainnya, karya ilmiah dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena karya ilmiah selalu berdasarkan fakta dan ilmu pengetahuanNah, itu dia penjelasan dari saya tentang karya ilmiah. Untuk informasi yang lebih lengkap dari karya ilmiah, teman-teman bisa membacanya di buku-buku atau referensi lain yang membahas tentang karya ilmiah. Karena saya sadar tulisan ini jauh dari kata sempurna, untuk teman-teman yang sudah meluangkan waktunya untu membaca tulisan ini, saya ucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat... Lihat Pendidikan Selengkapnya
BSexdw.
  • 28qpsolnht.pages.dev/267
  • 28qpsolnht.pages.dev/116
  • 28qpsolnht.pages.dev/448
  • 28qpsolnht.pages.dev/372
  • 28qpsolnht.pages.dev/34
  • 28qpsolnht.pages.dev/71
  • 28qpsolnht.pages.dev/543
  • 28qpsolnht.pages.dev/200
  • mengapa penulisan karya ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu peneliti